"Masih begitu kok, Nyonya. Cuma lewat Cantika saja sekarang romantisnya," jawab Cantika, sebelum pamit setelah membantu ibunya di laundry sore itu.
Pada hari libur, ia menghabiskan waktu dengan menemani ayahanda di pinggir lapangan sepakbola komplek. Bercerita keseharian dan melepas dahaga kasih sayang kedua orang tua.
"Ayah, kenapa pemain nomor 8 selalu berada di tengah?" Tanya Cantika.
"Tugasnya playmaker, dia yang atur bola buat teamnya," jawab Ayah.
"Golll!!" teriak sang ayah, saat anak didiknya mencetak goal dalam latihan sore itu.
"Kenapa? Kamu naksir ya sama nomor 8?". tanya Ayah.
"Angka 8 itu paling sabar. Ia kadang menunggu bola, kadang merebut bola untuk menciptakan peluang," jawab Cantika.
"Nah.." jawab Ayah.
Belum selesai ayah berbicara, Cantika memotong ucapan beliau dengan berkata, "apakah angka 8 tahun sudah cukup, untuk ayah mulai berbicara lagi dengan ibu."Â
"Tentang apa? Kami baik-baik saja," jawab Ayah berkilah, kemudian meniup peluit memanggil team asuhannya berkumpul.
Cantika pulang ke rumah dengan bersepeda, ia masih berpikir tentang kedua orang tuanya. Yang belum pernah ia lihat berbicara satu sama lain, sejak 8 tahun lalu.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!