Saat ia membuka halaman pertama, ia menemukan selembar catatan yang berbunyi.
Zaldi,
Aku berharap masa depan kita akan indah dan cerah, seperti kisah romansa dalam setiap halaman buku ini.
Aku paham kesulitan mu, kesulitan yang di rasakan oleh kebanyakan kita di desa ini.
Namun pendidikan itu penting dan aku berharap kau tidak larut dalam rutinitas, kemudian menyerah mengejar mimpi dan cita-cita.
Bukankah dahulu kau mau menjadi petani atau nelayan yang berpendidikan?Â
Karena hanya orang berpendidikan, yang ku harapkan menungguku di Way Dente sebagai belahan hatiku.
Siti Nazar.
Seumur hidup Zaldi, baru kali ini ia menitikkan air mata karena orang lain. Air mata yang menyiram hati dan jiwanya untuk bangkit.
Zaldi bergegas menuju sebuah sekolah yang terletak di desa sebelah, sekolah satu atap di desa Teladas.
Terlihat seorang guru yang baru saja selesai mengajar, beliau berjalan ke arah kantor sekolah dan akhirnya bertemu dengan Zaldi.