Merekapun seperti biasanya melewati pagi dengan sarapan bersama, sambil membicarakan hal-hal seputar prestasi belajar Vania, atau hanya melepaskan candaan dan tawa.
"Mam, aku sayang mami," ucap Vania.
"Aku janji tak akan lagi bicara soal ayah, maaf almarhum ayah," lanjutnya.
"Sini" jawab Mama Vero pelan, iapun menarik tangan dan mencium kening anak gadisnya itu lalu memeluknya dengan erat.
Vania, adalah gadis ceria yang ramah dan suka bergaul dengan siapa saja, yang pasti ia terkenal pintar dan selalu juara kelas.
Sejak umur 3 tahun, ia tidak lagi dapat bertemu dengan ayahnya, sang ibu Mami Veronika tidak pernah menjelaskan kemana perginya sang ayah, meskipun terkadang memanggil sosok ayah dengan nama depan "almarhum".
Jika setiap berangkat sekolah, Vania diantar oleh ibunya maka saat pulang sekolah ia biasa dijemput oleh Om Teo atau nebeng dengan Alfian teman sekolah namun berbeda kelas.
"Vania cantik, Abang anter yuk!" Ujar Abdul teman sekelas, dengan genit menggoda Vania.
"Abang? abang bakso!" Ketus Vania.
"Ih Vania, gemesin kalau jutek gitu deh," ucap Abdul, kali ini genitnya makin menjadi-jadi.
"Najong ih, sini kalo mau yang lebih gemes," gumam Vania, seraya mengangkat kepalan tangannya kearah Abdul.