Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kisah Ular Besar dan Raja Kelelawar

12 November 2020   22:53 Diperbarui: 28 November 2020   17:51 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, ayah pulang kerumah dengan wajah yang lelah dan rambut berantakan serta pakaian yang basah kuyup, setelah seharian ia bekerja mencari nafkah untuk kami.

Hari ini, hujan tidak berhenti dari sore hingga malam dan lampu dirumah kami baru saja mati, kasihan ayah kehujanan hingga pakaiannya basah dan pulang kerumah dengan kondisi gelap 

Sepertinya ayah sangat sibuk, karena malam ini ayah tidak membawakan kami oleh-oleh sepulang kerja, padahal biasanya ayah rutin membawakan oleh-oleh setiap pulang bekerja di akhir pekan.

Setelah mengucapkan salam, ayah akan langsung mencium keningku, kening ibu dan bergegas mandi, lalu kami sekeluarga akan makan malam bersama dan bercerita hingga kantuk melanda.

Namun, malam ini ayah langsung menuju kamar mandi diterangi lilin dari ruangan depan yang ibu nyalakan sehabis magrib, ayah bahkan tidak mencium kening ibu yang menyambut didepan pintu.

Selesai mandi dan berpakaian, ayah terlihat bercengkrama dengan ibu dengan serius, kemudian kami pun makan malam bersama dengan hanya diterangi cahaya lilin.

Aku tak melihat senyum ayah yang biasanya terkembang jika melihatku dan ibu, kali ini wajah ayah terlihat lesu, entah beban apa yang ada didalam pikiran ayah.

Tapi hal itu berlangsung tak lama, ayah mengantarkan aku ke kamar untuk segera tidur, dan tak lupa ia akan menceritakan sebuah dongeng sebelum tidur.

"Apa kamu bersenang-senang hari ini, jagoan?" Tanya ayah.

"Iya, ayah aku sangat senang sekali hari ini," jawabku.

Ayah mencium keningku seperti biasa, namun malam ini sepertinya ayah tidak bisa bertanding panco denganku karena terlihat sangat lelah.

"Ceritakan apa yang membuatmu senang, jagoan?" Ayah kembali bertanya.

Akupun mulai menarik selimut sebatas perut, malam ini dingin sekali dan hujan belum juga berhenti di luar sana.

"Hari ini aku bermain sepak bola, dan team kami menang dengan mudah, Ayah" jawabku dengan bangga.

"Owh, kamu pasti lelah sekali, jagoan," ucap ayah sambil meletakkan lilin disamping tempat tidurku.

Aku pun menjawab, 'tidak sama sekali, kali ini aku menjadi kiper dan tak ada pemain lawan yang sampai kepadaku."

Ayah tak henti-hentinya tertawa setelah mendengar jawaban dariku, aku senang sekali ayah tertawa dan akupun jadi tertawa.

Aku tahu ayah sangat lelah, ia menguap dan menutup mulutnya dengan usapan tangan, maka akupun segera menutup mata.

"Eits.. jagoan Ayah belum baca do'a, belum mendengar dongeng ayah juga," ucap ayah mengagetkanku.

"Ayo, duduk sejenak dan kita akan membuat dongeng," seru ayah kepadaku.

Aku sangat senang dan duduk bersila diatas tempat tidurku, penasaran pada dongeng ayah yang selalu berbeda disetiap malam.

Bayangan tangan ayah pada tembok kamar, membentuk siluet kepala seekor ular dan tangan satunya mengarahkan tanganku untuk membuat siluet burung, oh bukan, ini adalah kelelawar.

Dan mulai lah kami merangkai cerita.

Ditengah hutan yang luas dinegeri antah berantah, terdapat kerajaan kelelawar yang terletak dalam goa besar dibawah tebing dengan sebuah air terjun yang indah.

Rakyat kerajaan kelelawar hidup dengan rukun dan damai, tercukupi sandang pangan dengan hasil hutan yang berbuah sepanjang tahun.

Setiap malam, sang raja kerajaan kelelawar selalu mengadakan pesta yang meriah, dengan aneka buah-buahan dan minuman segar dari air terjun.

Aku : "haha..aku adalah raja kelelawar, sejahtera lah rakyatku, berbahagia," ucap sang raja.

Ayah : "hidup raja, hidup raja kelelawar," seluruh rakyat bersorak.

Hingga tiba suatu malam, datang kabar berita bahwa ada kawanan kucing liar yang memangsa salah satu rakyat kerajaan kelelawar dengan jahatnya.

Mendengar hal itu, raja membubarkan pesta dan memperingatkan rakyatnya agar tidak keluar dari rumah untuk sementara.

Keesokan harinya, raja memberanikan diri untuk menghadapi kawanan kucing hutan, dengan membawa 100 bala tentaranya, mereka pun berperang dengan kawanan kucing hutan.

Namun ternyata, raja kelelawar dan pasukannya mengalami kekalahan serta kehilangan seluruh prajurit kelelawar terbaiknya, sedangkan raja kelelawar sendiri tengah terluka karenanya ia tidak dapat terbang.

Seekor ular besar yang tidak sengaja melintas, melihat hal itu dan segera menyelamatkan raja kelelawar dari ancaman kawanan kucing hutan.

Ayah : "pergilah kalian kawanan kucing, atau kalian akan aku makan!" Seru ular besar.

Kawanan kucing hutan pun lari tunggang langgang, ketakutan melihat ular besar yang siap menyerang.

Aku : Terima kasih, hai ular besar," ucap raja kelelawar.

Akhirnya raja kelelawar dibawa naik keatas tubuh ular besar dan diantarkan hingga kembali kewilayah kerajaannya.

Aku : "dengan apa aku dapat membalas kebaikanmu hai ular besar?" Ucap raja kelelawar.

Ayah : "aku ingin tinggal didalam kerajaanmu, wahai raja kelelawar," jawab ular besar.

Sejak saat itu, raja mengizinkan ular besar untuk tinggal di istananya dan mengabdi sebagai kepala keamanan kerajaan kelelawar.

Namun ternyata, untuk menggunakan jasa ular besar sebagai kepala keamanan di kerajaan kelelawar, harus dibayar dengan mengorbankan 10 nyawa rakyatnya sendiri setiap bulan.

Aku : aku bersedih, sudah setahun ular besar tinggal disini dan sudah 120 rakyatku menjadi korban," ucap raja kelelawar.

Ayah : "wahai raja, kau memilih mana? Rakyatmu dimakan oleh kawanan kucing hutan setiap hari, atau mengorbankan sedikit untuk menjamin keamanan kerajaan mu," timpal si ular besar.

Raja kelelawar tak dapat berbuat apa-apa, disatu sisi ia berhutang nyawa, namun disisi lain ia sedih rakyatnya menjadi korban atas nama keamanan.

Kabar tersebut tersiar keseluruhan kerajaan, hingga menimbulkan protes dan kemarahan segenap rakyat kerajaan kelelawar, mereka pun bersatu dan bersama-sama bersiasat menyelamatkan raja dan menghentikan aksi ular besar.

Suatu ketika, saat ular besar akan memakan 10 kelelawar calon korbannya, ribuan rakyat kelelawar pun muncul dan bersama-sama menggigit tubuh ular besar tersebut hingga kesakitan.

Ayah : "aduhhh, ampun ampun," seru ular besar yang merasa kesakitan.

Aku : "rasakan kau ular besar, pergilah dan jangan pernah kembali," ucap rakyat kelelawar bersama-sama.

Ular besar pun segera pergi jauh meninggalkan kerajaan kelelawar, ia tidak akan pernah kembali karena takut akan persatuan dari rakyat kerajaan kelelawar.

Aku : "hai rakyatku, jika ular besar pergi maka kawanan kucing hutan akan menyerang," ucap raja kelelawar.

Ayah : "wahai raja, tak perlu risau karena jumlah kami lebih besar dari kawanan kucing hutan, ketika kami bersatu maka ancaman apapun dapat diatasi," ucap rakyat kerajaan kelelawar.

Aku : "harusnya aku tidak mengambil keputusan sendiri, harusnya aku bersama-sama dengan rakyatku menghadapi semua ancaman," sesal raja kelelawar didepan rakyatnya.

"Ayah : "betul wahai raja, marilah kita bersama memperbaiki kerajaan ini kembali damai dan sentosa," tutup rakyat kerajaan kelelawar.

Akhirnya kerajaan kelelawar kembali hidup dalam damai dan sentosa, keamanan kerajaan menjadi tanggung jawab bersama seluruh penduduk kerajaan, dan raja kelelawar yang menyesal atas tipu daya ular besar, menyerahkan kekuasaannya kepada rakyatnya.

Rakyat kerajaan kelelawar, memilih salah satu dari rakyat terbaiknya untuk menjabat sebagai raja pengganti yang baru, raja yang berasal dari rakyatnya dan bersama-sama rakyat menghadapi segala permasalahan kerajaan.

"Hore tamat, terimakasih ayah,"ucapku.

"Jagoan ayah, dengan bersama-sama semua kesulitan dapat menjadi mudah, dan jangan lekas mempercayai sesuatu sebelum mengukur sebab akibatnya, pun tidak berprasangka buruk," ucap ayah menutup cerita.

Ayah segera mencium keningku setelah aku selesai membaca do'a sebelum tidur, kemudian meniup lilin dikamarku dan dengan langkah yang perlahan keluar dari kamar.

Tak lama, aku merasakan sebuah ciuman dikeningku, itu lah ibuku yang selalu mencium dan mendoakan aku disaat aku tengah terlelap.

***

Alternatif dongeng anak sebelum tidur.

Membuat cerita bersama anak sangat menyenangkan, melibatkan kemampuan anak berimprovisasi dalam dongeng dan mengasah imajinasinya.

Selamat Hari Ayah.. semuanya.

Indra Rahadian, November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun