Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tulah: Teror Berlumur Darah

4 Oktober 2020   10:12 Diperbarui: 4 Oktober 2020   10:24 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak tahu pak". Jawab Amir pelan.

"Bener itu!!" Setengah membentak, kapten suryo kali ini bertanya.

"Bener pak". Jawab amir tanpa ragu.

"Parang itu punya kamu?" Tanya kapten suryo, sambil menunjuk pada parang berlumur darah yang sudah mengering, diatas lantai.

"Be be betul pak". Kali ini amir sangat ketakutan.

Kapten suryo menghela nafas, dia kemudian duduk didepan amir, dengan gaya sedikit santai, namun masih bernada tegas dia berkata. "Kamu memang punya alasan membenci orang-orang tua itu, tapi bukan berarti kamu boleh membunuh mereka!!".

"Mir sebelum bapak kamu hilang"... Lanjut kapten suryo.

"Bunuh diri pak". Potong Amir

"Bunuh diri kenapa, ngerti kamu!?". Tanya kapten suryo, seperti tak senang ucapannya dipotong Amir.

"Kata emak, semenjak saya merantau dulu, bapak sakit tak bisa kerja, dia jadi gila pak". Jawab amir yang sudah tak berani menatap kapten suryo.

"Semprull kamu!!! Hardik kapten suryo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun