"Itu suara orang kan pak!! Ada apa ya!?". Penasaran, amir meletakkan karung berisi cangkul dan parang, tanpa pikir panjang, kemudian amir berlari kearah hutan.
"Tunggu mir, tunggu !". Pak darmo mengejar amir yang berlari didepannya.
Terengah-engah, mereka berdua berhenti dibibir hutan, suasana sudah mulai gelap, beruntung, bulan purnama bersinar sempurna, cukup membantu amir dan pak darmo mencari asal suara.
"Dari sini pak tadi suaranya pak, aku yakin" ujar amir sambil menyeka keringatnya.
Belum sempat pak darmo menjawab, kedua bola mata amir terbelalak, dikejutkan dengan tubuh tergolek lemas penuh luka, bersimbah darah dibawah pohon.
"Masya Allah!!.. pak sapto!!!" Teriak amir yang panik melihat pak sapto yang terkulai seperti mayat.
Tampak ember dan botol-botol madu milik pak sapto berantakan, madu yang dikumpulkan pak sapto tercecer dan berhamburan, bercampur darah yang mengucur dari tubuhnya.
Sementara itu, dari balik remang cahaya dan rimbunan pepohonan, sepasang mata menatap tajam, sorot mata yang menyala, seakan siap menerkam mangsa.
"Ini mesti binatang mir, biadab betul ini". Ujar pak darmo, yang meski panik berusaha mendekati tubuh pak sapto yang terkulai bersimbah darah.
"Mir masih napas dia, mir!" Teriak pak darmo, sembari mengangkat badan pak sapto.
"Bawa ke puskemas pak, ayo cepat, sebelum terlambat!". Ucap amir yang membantu membopong tubuh lemas pak sapto.