.............
Kia dan saya, satu, romantis, kia bilang saya seperti seribu satu buku penuh cinta yang tersaga didalam diri ini, lalu... ia katakan lagi bahwa buku itu datang kepadanya untuk memenuhi semua hari harinya yang begitu semu, jenuh. Kia bilang dia akan menyerahkan semuanya untuk saya karena dia yang mempercayai saya sebagai yang terakhir untuk kisah cinta dia mulai dari sekarang.
Berat sekali, bung... sealing the love, nih, ceritanya?
Dan kia bilang, dia tidak perduli akan dunia selama saya ada disampingnya.
Saya bilang, silahkan...
WOW!! actually. Se percaya itukah kamu terhadap saya? saya tahu, ini berat karena kamu bicara seperti itu, saya tahu wanita tidak pernah main main dengan kata katanya sendiri, karena kebanyakan itu berasal kaum lelaki pada umumnya.
Dan setidaknya... saya perlu tahu, bahwa rupanya omongan kamu itu berasal dari hati terdalam kamu? Lalu, bagaimana saya bisa tahu?
Ya, saya cuma mind reading, itu ngomong serius apa tidak, cabul apa tidak, bohong atau tidak, eh ternyata kamu tulus, ya begitu deh, saya jadi segan, hehe.
.............
Akhirnya saya dan kia resmi berhubungan layaknya pacaran, setelah mengalami beberapa selang waktu usia berpacaran, saya ingat ada momen dimana saya marah dan diam melulu sepanjang satu minggu, itu karena kia, dan kia sabar menghadapinya.
Adapula saatnya kia marah, wanita memang paling horor kalau sudah urusan jutek menjutek, marah memarahi, mereka bisa memiliki sudut pandang jenius dalam marahnya, mengerikan memang, mereka bisa menjadi mahluk yang soliter, dan... antagonis.