Mohon tunggu...
Indiera Rizky Dwirani
Indiera Rizky Dwirani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010148

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB 2 - Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   17:30 Diperbarui: 28 November 2024   17:30 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam kebatinan adalah pengelolaan ego. Dalam pandangan Ki Ageng Suryomentaram, ego adalah bagian dari diri manusia yang sering kali menjadi sumber konflik internal. Ego yang tidak terkendali dapat menyebabkan seseorang menjadi egois, tamak, dan serakah, yang merupakan salah satu penyebab utama munculnya perilaku koruptif. Pengelolaan ego yang baik membantu seseorang untuk tetap rendah hati, sadar diri, dan tidak terjerumus pada dorongan-dorongan negatif yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

2. Pengaruh Pengendalian Diri terhadap Kepemimpinan yang Berintegritas 

Pemimpin yang memiliki pengendalian diri yang baik akan lebih mampu untuk menjaga integritasnya, terutama ketika dihadapkan pada godaan yang bisa merusak reputasinya. Dalam banyak kasus, korupsi terjadi karena pemimpin tidak mampu mengelola ego dan ambisinya, sehingga mereka cenderung melakukan hal-hal yang tidak etis demi keuntungan pribadi atau kelompok. Pengendalian diri dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan pemimpin untuk memprioritaskan kebaikan bersama dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan tanggung jawab sosial. 

Dengan mengendalikan diri, seorang pemimpin akan mampu untuk membuat keputusan yang bijaksana, tidak tergoda oleh keinginan untuk memperkaya diri secara tidak sah. Pengendalian diri ini juga berfungsi untuk menghindarkan pemimpin dari pengaruh buruk yang dapat merusak moral dan citra kepemimpinan mereka, seperti praktik-praktik korupsi. Pemimpin yang memiliki kesadaran diri tinggi akan mengutamakan kejujuran dan transparansi, dua hal yang sangat penting dalam mencegah korupsi.

3. Peran Ego dalam Pembentukan Karakter Pemimpin 

Ego adalah bagian dari diri yang memberi seseorang rasa identitas dan kekuatan. Namun, ketika ego ini tidak terkendali, ia dapat berubah menjadi sumber kebanggaan yang berlebihan, kesombongan, dan rasa superioritas yang tidak sehat. Dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram, pengelolaan ego mengajarkan bahwa seseorang harus dapat melihat dirinya secara objektif dan menghindari perilaku yang didorong oleh rasa "lebih" atau "lebih baik" dibandingkan orang lain. 

Ego yang tidak terkendali sering kali mengarah pada perilaku manipulatif dan penyalahgunaan kekuasaan. Seorang pemimpin yang terjebak dalam dominasi ego akan lebih mudah untuk melakukan tindakan yang tidak adil atau bahkan korup, karena mereka merasa berhak untuk mengendalikan segala sesuatu demi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, pengelolaan ego yang baik akan memastikan bahwa pemimpin tetap menghormati hak orang lain dan bertindak dengan integritas. 

Sebaliknya, pemimpin yang mampu mengelola egonya dengan bijak akan menjadi pemimpin yang mengedepankan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Dengan demikian, pengelolaan ego yang baik dalam filosofi Ki Ageng Suryomentaram adalah kunci untuk menciptakan pemimpin yang berintegritas, yang mampu menahan diri dari godaan-godaan korupsi. 

4. Prinsip Ngerasa Bener dan Ngerasa Salah dalam Mencegah Korupsi 

Salah satu prinsip yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah konsep ngerasa bener (merasa benar) dan ngerasa salah (merasa salah). Prinsip ini menekankan pentingnya kesadaran diri dalam menilai tindakan dan keputusan yang diambil. Pemimpin yang mampu menjalankan prinsip ini akan selalu mengevaluasi setiap tindakannya dengan jujur, apakah sudah sesuai dengan kebenaran atau justru telah menyimpang dari prinsip moral yang benar. 

Dalam konteks korupsi, ngerasa bener dan ngerasa salah membantu seorang pemimpin untuk tidak terbawa arus nafsu atau godaan untuk melakukan tindakan yang salah, meskipun itu tampaknya menguntungkan dalam jangka pendek. Ketika seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk merasakan kebenaran dalam setiap keputusan, maka ia akan lebih mudah untuk menolak tindakan yang merugikan orang lain atau negara. Sebaliknya, apabila seorang pemimpin merasa salah, ia akan segera memperbaiki perilakunya dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran, yang pada gilirannya mencegah terjadinya perilaku koruptif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun