10 menit berlalu, satu jam, dua jam.
Gia ingat beberapa hari yang lalu ia memesan sebuah buku. Apakah buku itu juga hancur? Tidak, tidak mungkin semua buku yang ada di dunia lenyap begitu saja. Tapi, kalau iya bagaimana? Â Gia takut akan hal itu. Buku-buku tidak boleh hancur lebur secara sia-sia, bagaimana jadinya jika dunia berjalan tanpa adanya ilmu pengetahuan? Bagaimana jadinya jika peradaban hancur dengan kebodohan?
Gia terus berusaha agar ia bisa bergerak, lambat laun akhirnya ia bisa. Tangannya mulai bisa dikendalikan, badannya, juga kakinya. Langit-langit juga mulai terang tidak gelap lagi seperti sebelumnya. Ia seolah-olah hidup kembali.
***
Sesuai tugasnya, Ian kembali mengantarkan paket yang dua hari kemarin tidak bisa ia antarkan. Hari ini ia bersemangat sekali, langit pun cerah secerah semangat Ian.
"Tumben semangat banget, Bang Ian," ujar salah satu karyawan.
"Iya nih, mukanya cerah banget kayak langit," sahut karyawan lain.
Ian hanya tersenyum, tak menanggapi.
Motornya terus melaju. Melawan curam dan licinnya jalan. Perjuangan seorang kurir yang harus mengirimkan paket-paket dengan aman ke alamat penerima. Sampai di alamat tujuan, ia langsung menelepon penerima. Mungkin penerima sudah dari kemarin-kemarin menunggu paketnya datang, tapi apalah daya hujan lebat dan longsor menghadang.
Tut..tut..tut..
Teleponnya belum diangkat juga, tapi Ian terus mencoba menghubungi. Beberapa detik kemudian diangkat.