" Berapa Bu?" Mang Adi mengeluarkan uang dari kantongnya
" Tiga puluh delapan ribu mang"
Mang Adi terdiam sejenak, menghitung berbagai macam uang digenggamannya, mulai dari uang kertas, sampai recehan yang terdengar gemerincing, kemudian ia merogoh lagi kantung celananya, menghitung lagi, merogoh lagi, sampai kedua kantong celananya menjeblak keluar. Akhirnya ia terduduk lesu sambil bersandar ditiang teras Bu Ria.
" Hhh, nggak jualan lagi saya" Suara Mang Adi terdengar memelas.
" Kenapa Mang?" Bu Ria mengamati Mang Adi yang melamun sambil mengibas -ngibas lembaran uang lusuh ditangannya.
" Bu Ria, maaf Bu, Saya boleh ngutang dulu nggak Bu, uang Saya kurang delapan ribu lagi"
" Ooh, aku kira kenapa" Bu Ria meraih minyak goreng terakhir diwarungnya itu, kemudian menyodorkannya ke Mang Adi
" Nih Mang bawa, gausah pake ngutang -ngutang"
" Loh Bu, rugi atuh Ibu"
" Kata siapa rugi, untung dong Mang, dapat pahala"
" Alhamdulillah" Mang Adi menerima minyak goreng tersebut dengan khidmat dan mata berkaca -kaca, kemudian menyerahkan uang tiga puluh ribu ditanganya ke Bu Ria