Akhirnya, Brian melihat gerombolan penumpang berjalan menuju sebuah pesawat yang sudah siap untuk berangkat. Ia langsung menyadari bahwa itulah pesawat yang membawa Laura. Tanpa ragu lagi, Brian bergegas mendekati pintu masuk pesawat itu, berusaha mencari Laura di antara penumpang yang berjalan menuju tangga pesawat.
Laura, di dalam pesawat, merasa hampa dan tidak tenang. Ia terus merasa seperti ada yang kurang dan ia tahu itu adalah Brian. Ia memperhatikan sekeliling dengan harapan melihat Brian, tetapi pesawatnya telah lepas landas,dari kejauhan Brian melambaikan tangannya saat ia melihat pesawat itu mulai mengudara dia berharap Laura melihatnya.
"Sampai jumpa, Laura!" teriak Brian dengan suara yang bergetar oleh emosi, mencoba menembus keramaian di bandara yang sibuk itu.
Laura yang menyadari kehadiran Brian di sana, hanya bisa tersenyum pahit. Ia ingin melambaikan tangannya juga, memberi tanda bahwa ia juga merasakan hal yang sama. Namun, waktu tidak mengizinkan, dan pesawat itu mulai terus bergerak jauh di udara, memisahkan mereka dengan perlahan.
Brian terus melambaikan tangannya, meskipun pesawat itu semakin jauh dan terbang ke langit yang biru. Ia tahu bahwa meskipun Laura pergi, kenangan dan pengalaman yang mereka bagikan tetap akan hidup dalam hati mereka berdua.
Laura, di dalam pesawat, juga menatap keluar jendela dengan pandangan yang penuh haru. Ia merasa hampa karena perpisahan yang terjadi begitu cepat dan tanpa persiapan.
Tahun telah berlalu sejak perpisahan menyedihkan mereka di bandara. Hari ini, suasana kota cerah menyambut Brian di stasiun kereta api yang ramai. Matahari pagi bersinar terang, menciptakan bayangan yang panjang di atas peron kereta yang sibuk.
Brian berdiri dengan tegang, menunggu dengan harapan yang menggebu saat kereta yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.Ketika kereta itu berhenti dan pintu terbuka, Brian melihat seorang wanita yang langkahnya lembut dan penuh keyakinan keluar dari kereta. Rambut panjangnya tergerai dengan anggun, dan senyumnya yang dikenal Brian memikatnya seketika. Brian menghampirinya, hatinya berdegup kencang di dadanya.
"Laura?" gumamnya, suara serak penuh rindu.
Wanita itu berbalik, namun sebelum mata mereka bertemu, kerumunan orang yang bergegas memasuki kereta menyelimuti mereka. Brian terus mencari sosok yang mirip dengan Laura tadi ,ia ingin bertemu dengan nya ,jika itu benar laura ia akan menahannya, tetapi kereta itu segera memisahkan mereka, Brian yang duduk di kursi kereta hanya bisa diam terpaku.Hatinya berdesir, menyadari bahwa kesempatan itu seperti debu yang tertiup angin.Saat kereta mulai bergerak lagi, Brian terduduk di kursinya dengan hati yang hancur. Dia memegang erat fotonya bersama Laura di telepon genggamnya, membiarkan air mata jatuh tanpa terkendali.
Di tempat lain, Laura juga merasakan getaran aneh di hatinya. Kereta itu bergerak, membawa Brian pergi dari pandangan. Laura berdiri di peron, Air mata mengalir di pipinya saat kesadaran menyeruak bahwa ini mungkin kesempatan terakhir mereka untuk bertemu.