Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

KKN, Bukan Kisah Kasih Nyata

3 Juni 2024   22:29 Diperbarui: 3 Juni 2024   22:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN bukan Kisah Kasih Nyata (Sumber: pexels/Hong Son)

Aku, Wira, dan Dion segera berkumpul untuk mendiskusikan program fakultas. Kami membicarakan rencana untuk menerapkan ilmu yang kami dapat di bangku kampus ke desa tempat kami akan KKN.

"Kita bikin ternak lele di gentong saja," ucap Wira. "Gampang caranya. Lagipula kalau berhasil, untungnya besar, lho. Bisa meningkatkan pendapatan warga desa."

Aku iya-iyain saja dan membiarkan Wira dan Dion berdiskusi lebih lanjut. Kami harus menyelesaikan 'program' dalam hitungan menit, lalu kami berkumpul sesuai kelompok dengan 45 mahasiswa lainnya dari berbagai fakultas.

Tak makan waktu lama aku segera akrab dengan Tia, Nara, Silvy dan Ratih. Kami berlima selalu bersama selama di Desa Padang, nama desa yang menjadi tempat tinggal kami selama dua bulan KKN di Lumajang.

Di Desa Padang

Seminggu sudah kami tinggal di Desa Padang. Aku mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakbetahan, yaitu sembelit. Aku susah sekali buang air besar karena tempat buang air besar hanya di jamban. Duh, biar sudah jongkok bermenit-menit, tidak ada yang bisa keluar. Tia menemani aku jalan menuju puskesmas desa untuk numpang nongkrong di sana, tapi yang kutunggu-tunggu tak kunjung keluar.

Urusan ke belakang baru lancar ketika aku sudah dua mingguan tinggal di Desa Padang. Kami terdiri dari 22 mahasiswi dan 26 mahasiswa. Yang mahasiswi tinggal di rumah Pak Inggi, sebutan kepala desa di Lumajang. Hanya ada dua kamar, kami bagi tiap kamar ada 11 mahasiswi. Kamarnya tidak besar sehingga kami tidur berjajar seperti ikan pindang.

Mahasiswa yang 26 orang itu mendapatkan rumah kosong tak jauh dari rumah Pak Inggi.   Entah bagaimana mereka mengatur diri di rumah itu. Aku sendiri jarang ke rumah para mahasiswa cowok. Para cowok-cowok itu justru senang nongkrong di rumah tempat cewek-cewek tinggal. Rumah kami cukup luas. Teras dan ruang tamu luas sehingga teman-teman cowok bisa duduk-duduk atau gegoleran di situ. Yang penting tidak masuk ke kamar cewek, hehehe.

Dari 26 cowok itu masak iya tidak ada yang menarik perhatianku? Iya. Ada. Sebut saja namanya Frans, anak teknik. Tapi orangnya pendiam banget, sedangkan aku pemalu. Mana bisa klop?

Frans bersahabat dengan Glenn. Dan Glenn ini dekat sekali dengan Nara, salah satu teman cewek se-gank ku. Tapi berbeda dengan Glenn yang tak pernah absen mengunjungi rumah para cewek untuk bertemu dan bercanda dengan Nara, Frans jarang kelihatan. Kalaupun ada, dia hanya duduk diam-diam dan senyumnya mahal banget. Semakin bikin aku penasaran, kan? Tapi sumpah walaupun aku naksir Frans, perasaan ini selalu dapat aku sembunyikan, bahkan dari teman-teman dekatku yang empat orang itu.

Suatu hari sepulang dari mandi di sungai (ada MCK di sungai), kami singgah di rumah para cowok. Di situ aku dengar kalau kaki Frans baru saja disengat kalajengking. Ih, pasti sakit sekali, kan, disengat kalajengking. Kalajengking itu kan lambang scorpio ya, dan bintangku itu scorpio. Jadi aku merasa bersalah karena Frans tersengat kalajengking. Halu banget gak sih, diriku? Wkwkwk...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun