Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ketika Sebuah Jurnal Ilmiah Tidak Sesuai Ekspektasi

23 Januari 2024   20:50 Diperbarui: 23 Januari 2024   20:56 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ketika Sebuah Jurnal Ilmiah Tidak Sesuai Ekspektasi (Sumber: Pexels/ThisIsEngineering)

Jurnal ilmiah menurut Permenristekdikti No 9 Tahun 2018 adalah bentuk pemberitaan atau komunikasi yang memuat karya ilmiah dan diterbitkan berjadwal dalam bentuk elektronik dan/atau tercetak. Kualitas jurnal ilmiah ditentukan melalui akreditasi.

Akreditasi adalah kegiatan penilaian untuk penjaminan mutu jurnal ilmiah melalui kewajaran penyaringan naskah, kelayakan pengelolaan, dan ketepatan waktu penerbitan jurnal ilmiah. Untuk melakukan penilaian jurnal ilmiah, dibentuk tim asesor yaitu sekelompok orang yang kompeten yang bertugas menilai dan menjamin mutu sebuah jurnal ilmiah.

Berdasarkan tingkatan akreditasinya, maka jurnal ilmiah terbagi menjadi 6 yaitu:

a. peringkat 1 (satu) dengan nilai (n), 85 (delapan puluh lima) n 100 (seratus);

b. peringkat 2 (dua) dengan nilai (n), 70 (tujuh puluh) n < 85 (delapan puluh lima);

c. peringkat 3 (tiga) dengan nilai (n), 60 (enam puluh) n < 70 (tujuh puluh);

d. peringkat 4 (empat) dengan nilai (n), 50 (lima puluh) n < 60 (enam puluh);

e. peringkat 5 (lima) dengan nilai (n), 40 (emapt puluh) n < 50 (lima puluh); dan

f. peringkat 6 (enam) dengan nilai (n), 30 (tiga puluh) n < 40 (empat puluh).

Seluruh jurnal ilmiah terakreditasi, terdaftar pada laman jurnal tingkat nasional yang dikenal dengan sebutan SINTA yaitu akronim dari Science and Technology Index. Sehingga kemudian penyebutan jurnal dengan akreditasinya menjadi: jurnal Sinta 1 (S1), Sinta 2 (S2) dan seterusnya sampai Sinta 6.

Walaupun memiliki tingkatan-tingkatan seperti tersebut di atas, sebuah jurnal dengan tingkatan S6 (terendah) sekalipun minimal tentu memiliki tim redaksi yang berfungsi menerima naskah dari author dan melakukan pengecekan redaksional (typo) dan penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan KBBI.

Oleh sebab itu betapa kesalnya saya ketika menemukan sebuah naskah jurnal ilmiah yang sangat jauh dari layak. Mulai dari halaman 5 sampai halaman terakhir (14) banyak typo seolah-olah penulis buru-buru mengejar tenggat. Namun yang saya sesalkan bukan penulis semata, melainkan tim redaksi yang seharusnya melakukan proof reading, membaca dengan cermat untuk menemukan dan memperbaiki typo dan berbagai penulisan yang tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Lebih-lebih lagi ketika melihat bahwa jurnal tersebut dikelola oleh Fakultas Ilmu Budaya sebuah universitas yang cukup ternama. Waduh, bagaimana mungkin ini terjadi?

Kekurangan si jurnal (yang saya tidak akan sebutkan nama jurnalnya) saya kelompokkan menjadi tiga kelompok antara lain:

1. Penulisan 'di' yang tidak tepat

Cara penulisan 'di' sebagai imbuhan dan 'di' sebagai kata penunjuk tempat, berbeda. Di sebagai imbuhan yang diikuti dengan kata kerja dituliskan secara bersambung, sedangkan di sebagai kata penunjuk tempat dituliskan secara terpisah.

Lebih jelasnya saya contohkan pada kalimat-kalimat berikut:

a. Proyek itu dikerjakan di lokasi yang jauh dari kota.

b. Di sini senang, di sana senang, tapi kalau dicubit tentu tidak senang.

c. Kue itu dibuat dari kulit pangsit dan dijual di pasar.

Sudah jelas kan, bagaimana menulis si 'di' ini? Pada naskah jurnal ilmiah yang saya baca, kadang penulisannya benar, kadang salah. Mengganggu mata yang membaca.

2. Penulisan huruf besar/huruf kapital yang tidak tepat

Pada naskah jurnal masih banyak terdapat kata di tengah kalimat, yang ditulis berawalan huruf besar.

Seharusnya, huruf besar hanya ditulis di awal kalimat, di awal nama orang, di awal kalimat dalam tanda petik pada kalimat langsung (kalimat percakapan), di awal nama agama; kitab suci; dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan serta singkatan nama Tuhan (misalnya Tuhan YME), dan banyak lagi aturan penulisan huruf besar. Totalnya 23 aturan bisa dilihat di sini.

3. Typo di sebagian besar halaman naskah

Typo atau saltik (salah ketik) di banyak kata merata di sebagian besar halaman naskah terdiri dari kata yang kurang huruf (mengganngu, menurunya 2 kali, tumbu, pengembagan, tanama, berdapak, diekpor 2 kali), kata kelebihan huruf (menuah, menurungkan 3 kali, memahamii), dan kata dengan huruf tertukar posisinya (sedikti -- sedikit, pengasawan -- pengawasan, tunggi -- tinggi).

Saltik seperti ini kalau ditemukan berulang, sangat tidak nyaman.

Tiga kesalahan yang saya temukan dalam jurnal ilmiah yang saya baca, kemungkinan terjadi karena:

1. Memang tim redaksi (editor) tidak bekerja optimal, sehingga meloloskan naskah yang belum zero typo.

2. Terjadi kekeliruan sehingga naskah yang diunggah bukanlah naskah final, tapi naskah yang belum selesai diedit.

Tentunya kalau benar human error terjadi di pihak tim redaksi, merugikan author juga karena akan mengurangi kesempurnaan tulisannya. Pada kasus seperti ini seharusnya author mengajukan komplain saat naskah terbit. Bukankah pasti author akan membaca ulang naskahnya yang sudah tayang?

Saya tak hendak mempermalukan siapa pun dengan menulis artikel ini. Kalau mau mempermalukan, sudah saya sebut nama jurnalnya, judul naskahnya, dan nama authornya. Tujuan saya menulis artikel ini hanya untuk mengimbau agar kita semua berhati-hati dalam menulis dan mengedit. Kesalahan yang sama dapat terjadi pada siapa pun, termasuk saya.

Khususnya buat penulis, kita tidak dapat menggantungkan harapan setinggi langit pada tim redaksi/editor. Oleh sebab itu marilah kita selalu berhati-hati dalam menulis, membaca ulang tulisan kita sebelum memublikasikannya, dan terus belajar kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar agar tulisan kita semakin nyaman dibaca.

Tidak hanya saat menulis jurnal ilmiah saja, lho. Menulis apapun kalau bisa ya, memberikan effort terbaik. Demikian. Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun