2. Penulisan huruf besar/huruf kapital yang tidak tepat
Pada naskah jurnal masih banyak terdapat kata di tengah kalimat, yang ditulis berawalan huruf besar.
Seharusnya, huruf besar hanya ditulis di awal kalimat, di awal nama orang, di awal kalimat dalam tanda petik pada kalimat langsung (kalimat percakapan), di awal nama agama; kitab suci; dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti Tuhan serta singkatan nama Tuhan (misalnya Tuhan YME), dan banyak lagi aturan penulisan huruf besar. Totalnya 23 aturan bisa dilihat di sini.
3. Typo di sebagian besar halaman naskah
Typo atau saltik (salah ketik) di banyak kata merata di sebagian besar halaman naskah terdiri dari kata yang kurang huruf (mengganngu, menurunya 2 kali, tumbu, pengembagan, tanama, berdapak, diekpor 2 kali), kata kelebihan huruf (menuah, menurungkan 3 kali, memahamii), dan kata dengan huruf tertukar posisinya (sedikti -- sedikit, pengasawan -- pengawasan, tunggi -- tinggi).
Saltik seperti ini kalau ditemukan berulang, sangat tidak nyaman.
Tiga kesalahan yang saya temukan dalam jurnal ilmiah yang saya baca, kemungkinan terjadi karena:
1. Memang tim redaksi (editor) tidak bekerja optimal, sehingga meloloskan naskah yang belum zero typo.
2. Terjadi kekeliruan sehingga naskah yang diunggah bukanlah naskah final, tapi naskah yang belum selesai diedit.
Tentunya kalau benar human error terjadi di pihak tim redaksi, merugikan author juga karena akan mengurangi kesempurnaan tulisannya. Pada kasus seperti ini seharusnya author mengajukan komplain saat naskah terbit. Bukankah pasti author akan membaca ulang naskahnya yang sudah tayang?
Saya tak hendak mempermalukan siapa pun dengan menulis artikel ini. Kalau mau mempermalukan, sudah saya sebut nama jurnalnya, judul naskahnya, dan nama authornya. Tujuan saya menulis artikel ini hanya untuk mengimbau agar kita semua berhati-hati dalam menulis dan mengedit. Kesalahan yang sama dapat terjadi pada siapa pun, termasuk saya.