"Saya tenaga lepas yang sudah ditraining BPS untuk kebutuhan pendataan ini, Bu. Saya orang sini saja, tinggal di Blok F," jelas bu Wulan. Lalu ia minta KK saya.
Setelah saya serahkan KK, bu Wulan langsung mengisi formulir yang terdiri dari dua lembar kertas bolak-balik. Sambil mengisi, ia menanyakan beberapa hal.
"Semua anaknya ini tinggal dalam 1 rumah?" tanya bu Wulan
"Tidak. Anak sulung saya di pesantren. Tidak perlu didata?" jawab saya sekaligus bertanya lagi.
"Tidak, Bu. Nanti didata oleh petugas yang di lokasi pesantren," jelas bu Wulan. Lalu ia bertanya lagi, "Ibu pakai telepon rumah? Pasti tidak, kan?" dengan pede ia mencentang di formulir.
"Eeh, saya pakai telepon rumah," ucap saya sambil menunjuk pesawat telepon di sudut ruangan.
Bu Wulan tertegun.
"Itu masih berfungsi? Masih ada yang menelepon?" ia bertanya tak percaya.
"Iya, masih berfungsi. Kami tidak cabut karena ibu saya di Malang, dulu tidak suka menelepon menggunakan ponsel. Jadi dia selalu menelepon pakai telepon rumah. Tapi sekarang sudah jarang beliau menelepon sih, saya yang telepon pakai ponsel," jelas saya.
Dua ibu di depan saya ber "ooo" lalu manggut-manggut.
"Ibu adalah orang pertama yang saya survei yang masih memiliki telepon rumah," komen bu Wulan sambil menghapus centangannya yang salah. Untung pakai pensil.