Pak Ivan menggeleng.
"Kamu jangan dulu. Kamu kan masih editor pemula. Fokus dulu ngedit."
Srini merengut, aku mengulum senyum. Teman-teman yang lain berdatangan, sehingga kami segera rapat.
----
Seperti biasa walaupun jam kantor usai pukul empat sore, aku sampai di rumah pukul lima bahkan kadang mendekati maghrib. Setelah membersihkan diri, aku harus ke penginapan sederhana yang ada pas di samping rumah, membantu tanteku yang memiliki usaha penginapan. Tepatnya meneruskan usaha kakek dulu.Â
Wajah tante langsung cerah melihatku datang. Ia langsung nyerocos tentang Sukiat, tenaga bagian bersih-bersih yang tidak masuk gara-gara anaknya sakit. Tante memintaku untuk membersihkan kamar nomor 5 yang baru saja ditinggalkan tamu, karena akan ada tamu lain yang segera masuk.
Walaupun sebenarnya aku capai sekali, terpaksa tetap aku turuti karena aku tahu tante juga sudah capai. Aku segera membersihkan kamar nomor 5, sebelum tamu yang sudah booking kamar itu datang. Untungnya saat aku selesai membersihkan, tamu itu belum kelihatan batang hidungnya.
Aku segera menggantikan tante di meja resepsionis. Penginapan sederhana ini memang kurang tertata secara manajerial. Ini usaha keluarga yang dikelola secara sederhana. Dulu hanya kakek, nenek, dan dua pembantu yang mengerjakan semua. Sekarang tante hanya bekerja sendiri mengurus pemesanan dan tetek bengek komplain. Sukiat tenaga kebersihan. Diandra, sepupuku, datang membantu tiap pagi hingga tengah hari. Dan aku tiap usai maghrib sampai pukul 21.00.
"Hallo, good morning, I am Mr. Han who already order room number 5. Is my room ready?" seseorang tiba-tiba sudah ada di hadapanku, bertanya dengan bahasa Inggris yang tidak terlalu advance. Aku mendongak, masyaAllah. Apa aku tidak salah lihat?
Hmm, tapi tadi kenapa dia menyapa dengan kalimat sapaan selamat pagi?
"Ooh, Ok. Your room is ready. Let me show you," aku menawarkan diri. Pak Han mengangguk dan menolak tawaranku untuk membawakan tas kabin yang dibawanya.