Kedua mataku yang membola membuatnya mendengus, seolah kesal karena harus menjelaskan perasaannya. Harus mengakui sesuatu yang dipendamnya.
"Pisah dari kamu tiga bulan membuat aku menyadari bahwa perbuatan bodohmu yang kadang mengesalkan -- ternyata bisa sangat ngangenin."
Wuah ... air mataku berlinangan mendengar kata-kata yang so sweet darinya.
"Dan kurasa nggak ada orang lain yang bakal tahan dengan semua perbuatan bodoh yang sering kamu lakuin. Cuma aku yang tahan. Harus aku," dia tersenyum. Senyum yang sangat langka muncul di bibirnya -- yang seakan-akan pengen langsung kuabadikan dengan kamera ponselku saking langkanya. Dia juga mengacak rambutku pelan.
Thanks to kopi instan dingin yang sayangnya tak akan lagi kuminum, karena calon suamiku yang protektif melarangku melakukannya.**
Catatan:Â
Rasa apapun bisa diolah menjadi karya, tak terkecuali rasa sakit perut yang saya alami di malam minggu (semalam) - gara-gara minum kopi instan dingin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI