Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(Sapardi Djoko Damono, 1989)
***
Hujan kembali mengguyur kota hari itu. Seperti biasa, bulan Juni bak menjadi bulan hujan di setiap tahunnya. Setiap rintik hujan seolah membisik pada satu rindu.
"Pagi yang indah untuk kembali menghadap layar laptop"
"Masih berkutat di satu draft?", tanya nya.
"Iya, masih, perlu bantuan mas?"
Rutinitas pagi yang mungkin membuat orang terheran-heran mengapa aku masih betah bersamamu yang bahkan berjalan pun tak bisa.
"Tidak, sayang. Lanjutkan saja draftnya, semangat ya!", jawabnya sambil menyeruput kopi hitam yang telah aku siapkan untuknya.
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!