Mohon tunggu...
Indah Muthiah
Indah Muthiah Mohon Tunggu... Administrasi - Content Writing

Penulis pemula yang sedang belajar story telling dan proofreading. Selalu ingin berbagi cerita yang bil hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hikmah Dibalik Kisah Mengupas Apel

3 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 4 Januari 2024   21:37 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang langsung gigit apelnya tanpa dicuci dan dikupas kulitnya tidak diajak ya. Hehe berchyandaaa~

Mari kita bahas satu persatu.
1. Apel yang sudah dicuci bersih. 

Kita pasti akan butuh yang namanya air bersih, tentu fungsinya HANYA untuk mencuci apel.

Air ledeng, air PAM, air sanyo, air galon, air sumur, dan sebagainya. Begitu banyak pilihan. Mana yang kita punya? Mana yang kita miliki?

Misal kondisinya kita hanya punya air sumur, padahal kita ingin pakai air galon. Lalu apa?

Ya mungkin akan ada 2 pilihan. 

1. Kita bisa saja lebih effort mengeluarkan uang dan tenaga untuk beli air galon (tentu fungsinya hanya untuk mencuci apel agar bersih). 

2. Atau kita pakai saja air sumur—air yang kita punya saat ini—kita saring airnya beberapa kali sampai bersih, lalu kita bilas beberapa kali apel yang mau kita cuci. 

Kita akan pilih yang mana?

Oke coba kita memilih air yang ada saja, yaitu air sumur. Kita tidak jadi memilih air galon yang kita inginkan karena kita sedang tak bertenaga untuk keluar atau lagi tidak ada uang untuk beli. Tidak masalah. Keadaannya memang begitu.

Mungkin yang kita pikirkan akan lebih bersih jika pakai air galon, karena kita pikir air sumur itu kotor. Makanya kita menginginkan pakai air galon. Tapi mau bagaimana lagi? Balik lagi ke pilihan yang kita putuskan tadi. Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun