Wahbah Zuhaili menyebutkan ayat kursi yang ada pada ayat sebelumnya tentang sifat-sifat Allah bahwa hanya Dia lah yang memiliki sifat ketuhanan, hanya Allah Dzat ayng menguasai segala kesuasaan dan kerajaan di langit dan di bumi, yang Maha Hidup lagi Kekal, Dzat yang mengatur segala perkara tanpa merasa lelah dan susah. Dzat yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Oleh karen itu setelah adanya penjelasan dari ayat ini, Â pada ayat selanjutnya yakni al-Baqarah ayat 256 dijelaskan bahwa tidak ada paksaan untyk memeluk agama Islam, karena fitrah seluruh alam semesta dan pemikiran yang benar nan lurus ini dapat membawa kepada keimanan akan wujud dan keesaan Allah SWT. membawa keyakinan terhadap Islam sebagai agama dan manhaj kehidupan.
Tafsir
Tafsir Ayat bi al-AyatÂ
kata pada awal ini bermakna "tidak ada paksaan", yang berawal darikata dasar  memiliki arti rasa benci, tidak suka, ketidak sayangan, keengganan, ketidak kasihan dan lain sejenisnya diuluang sebanyak 23 kali sebagai kata kerja dalam Alquran.
Pada surat al-Baqarah ayat 256 dinyatakan secara gamblang bahwa tidak ada paksaan dalam menganut suatu keyakinan, Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Konsideran yang dijelaskan ayat tersebut adalah karena telah jelas jalan yang lurus. Adapaun ayat yang senada dengan ayat tersebut, antara lain:
Â
Yunus (10): 99-100
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya."Â
Â
Ayat ini secara tegas mengisyaratkan manusai diberi kebebasan untuk beriman atau tidak, di mana kekuatan tersebut tidak bersumber dari kekuatan manausia melainkan anugerah dari Allah, karena jika Allah (pemelihara dan pembimbing yang dalam ayat tersebut diisyaratkan dengan kata Rabb) menghendaki tentulah beriman seluruh manusia. Hal ini dapat dilakuakan-Nya seperti dengan mencabut kemampuan memilih dan menghiasi jiwa hanya dengan potensi positif tanpa hawa nafsu sebagaimana malaikat. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan Allah, karena tujuan utama manusia diciptakan dengan diberi kebebasan adalah untuk menguji. Allah telah menganugerahi manusia dengan akal agar mereka menggunakannya untuk memilih.
Malalui alasan di atas maka segala bentuk bentuk pemaksaan terhadap manusia untuk memilih suatu agama tidak dibenarkan dalam Alquran, seandainya paksaan diperbolehkan maka Allah lah yang akan melakukannya sendiri sebagaimana dalam ayat tersebut. Maka dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas para Nabi hanyalah untuk mengajak dan memberi peringatan tanpa paksaan, dan manusia akan dinilai berdasarkan bagaimana sikap dan respon terhadap seruan para Nabi tersebut.