Mohon tunggu...
Indah Anggoro
Indah Anggoro Mohon Tunggu... -

drink coffee and get inspiration ...\r\n\r\nwww.vanilaindah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arimbi Menangis

7 Mei 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:37 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas, lalu kenapa Mas Anang baru mengatakan semua itu sekarang? Kenapa mas? Kenapa nggak dari awal kita ketemu mas langsung ngomong seperti itu?"

"Dek, udahlah! Dari awal kamu yang udah menggoda mas!"

Hatiku bagai dihujam pisau dan disayat-sayat. Dia bilang aku 'menggoda'. Apa dia tidak ingat bagaimana dulu dia mengejar-ngejar aku? Ternyata hanya sampai disitu dia menilaiku. Dia hanya menganggapku sebagai wanita penggoda. Sakitnya hatiku sudah sampai yang paling dalam. Aku tidak sanggup lagi berkata-kata. Air mataku tumpah ruah, membuatku sulit bicara.

Aku lalu berlutut di hadapannya dan memeluk kedua kakinya. Aku memohon padanya, selagi masih bisa memohon, Baiklah, tidak apa-apa dia menyebutku sebagai wanita jalang, bahkan wanita murahan sekalipun. Aku tidak peduli dengan istri dan anaknya, Entah iblis mana yang meracuniku. Kali ini aku hanya peduli pada perasaanku yang sedang sakit ini.

"Mas, Rima mohon. Jangan pernah tinggalin Rima. Rima rela jadi yang kedua. Rima mohon mas ..."

"Rima, lepasin mas!"

"Nggak! Rima nggak akan lepasin mas!" Aku terus memeluk kaki mas Anang seerat-eratnya. Aku menangis dan terus menangis, merengek seperti anak kecil.

"Dengar Rima, buat mas kamu ini hanya untuk iseng! Kamu nggak ada artinya apa-apa untuk mas! Kamu murahan!"

Tanganku mendadak lemas, Mas Anang menendangku hingga tersungkur. Dia pergi begitu saja meninggalkanku meringkuk sendiri di pinggir pantai.

Seluruh kekecewaan yang mendalam tertumpuk dalam hatiku. Hatiku sakit, sakit sekali. Untuk kesekian kalinya, laki-laki yang aku cintai hanya mencintai tubuhku.

Dan kini senja yang semakin tenggelam, mengiringi jatuhnya air mataku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun