Aku melihat sosok Mas Anang dari kejauhan. Mas Anang berdiri di tepi pantai sambil menatap senja yang kemerahan. Sorot matanya tajam sekali saat menangkap kedatanganku.
Aku memepercepat langkah kakiku untuk menghampirinya. Sore ini Mas Anang terlihat berbeda. Saat berdiri disampingnya aku merasakan nafasnya yang begitu berat.
"Mas, ada apa?" Tanyaku langsung pada Mas Anang. Aku tidak ingin berlama-lama dalam rasa penasaran.
"Dek, sepertinya hubungan kita harus berakhir."
Aku merasa urat nadiku putus detik itu juga. Air mataku menetes begitu saja. Apa maksud Mas Anang? Dia yang sudah berjanji padaku. Apa dia sudah lupa dengan janji-janjinya?
"Mas, maksud mas apa?" Tanyaku terbata-bata sambil mengontrol air mataku yang berhamburan.
"Kamu jangan ganggu hidup aku lagi dek."
"Maksud mas, Rima selama ini cuma jadi pengganggu hidup mas, gitu?"
"Dek, sekarang mas ingin lebih peduli sama keluarga mas, istri dan anak mas. Mas nggak bisa terus-terusan seperti ini bersama kamu dek."
"Apa? Nggak mungkin mas. Mas bilang mas udah nggak cinta lagi sama Syifa. Mas bilang mas akan menceraikan Syifa. Mas lupa sama janji-janji mas?"
"Dek, dalam rumah tangga, cinta bukan lagi yang nomer satu. Yang paling penting adalah anak. Ini semua demi anak mas."