Mohon tunggu...
Ann Revano
Ann Revano Mohon Tunggu... Human Resources - Melabuh Menembus Imajinasi Dini

Pekerja │ Single Parent │ Perempuan Peka Pecandu Kopi Hitam Tanpa Gula │ Si Kaum Kalajengking Yang Senang Menyendiri dan Bersembuyi Dalam Cangkang Rahasianya │ Penyuka Diskusi Tentang Tuhan dan Kehidupan │ Pemilik Mimpi 'Suatu Hari Menjadi Penulis Novel'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Andai Pagi Itu

26 Juni 2021   23:38 Diperbarui: 27 Juni 2021   00:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan Ranti tidak dapat lagi menahan deras air matanya. Ia bagai tak percaya apa yang di sampaikan Raka padanya. Meski banyak pertanyaan tiba-tiba muncul berdesakan dalam benaknya, Ranti tak mampu mengucap sepatah kata pun. Tak mengerti antara harus menghargai kejujuran Raka, murka pada kebohongannya atau tak rela kehilangan Raka yang terlanjur dicintainya. Yang ia rasakan hatinya terbakar panas api, hancur seketika dan ingin berlari sejauh-jauhnya dari tempat itu.

Ya, setelah malam itu Ranti tak pernah lagi mendengar kabar Raka. Satu tahun berlalu, namun Ranti tak dapat mengingkari, rasa cinta dan kecewa pada Raka tak kunjung usai. Raka telah memberinya kebahagiaan yang singkat sekaligus meninggalkan luka yang lebih dalam dari sebelumnya. Dan itu membuat Ranti tak henti menyesali; ANDAI PAGI ITU ia tak pernah menyapa Raka lebih dulu.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun