Mohon tunggu...
Ann Revano
Ann Revano Mohon Tunggu... Human Resources - Melabuh Menembus Imajinasi Dini

Pekerja │ Single Parent │ Perempuan Peka Pecandu Kopi Hitam Tanpa Gula │ Si Kaum Kalajengking Yang Senang Menyendiri dan Bersembuyi Dalam Cangkang Rahasianya │ Penyuka Diskusi Tentang Tuhan dan Kehidupan │ Pemilik Mimpi 'Suatu Hari Menjadi Penulis Novel'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Andai Pagi Itu

26 Juni 2021   23:38 Diperbarui: 27 Juni 2021   00:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika ku tahu panas api adalah keabadian
Aku memilih menjatuhkan diri pada ilalang kesepian, pada kabut dan rapuh sayap kupu-kupu

Jika ku tahu engkau hanyalah kesementaraan yang memabukkan
Tak akan ku biarkan hujan menyentuh kedalaman hatiku

Pagi itu Ranti terbangun dengan mata sembab. Ada sebongkah kelegaan semalam bisa menguras airmata dengan hebatnya. Seperti yang sudah-sudah disepanjang jalan berujung patah, Ranti berusaha bangkit dari hubungannya yang belum lama kandas, lagi. Dan semalam Ranti berjanji pada dirinya sendiri bahwa itu adalah airmata terakhir dan ia ingin menebus pagi dengan menggenggam kekuatan baru.

Ranti beranjak dari tempat tidur dan mengambil ponselnya. Membuka-buka semua media sosial yang baginya sangat membosankan melihat orang-orang yang pernah dikenalnya mengumbar kehidupan pribadi mereka dari hari ke hari, setiap jam, setiap kejadian bahkan dibuat live. "Sungguh keseharian yang tidak penting. Tapi ah sudahlah, itu hidup mereka, apa perduliku", ujar Ranti sambil terus saja memainkan jemarinya di layar ponsel.

Tiba-tiba saja ada satu nama muncul di sebuah laman pertemanan yang di sarankan.

Nama yang tidak asing, Raka, teman satu kelas semasa kuliah dulu. Ranti pernah dekat dengan Raka dan menyukainya, namun Raka tidak pernah tahu itu. Kepribadian Raka yang pendiam membuat Ranti merasa Raka tak pernah nyaman berada di dekatnya karena Ranti juga dekat dengan banyak lelaki di kampusnya.

Lalu dengan rasa penasaran Ranti membuka profilenya yang tidak terkunci. Satu persatu ia buka album berisi ratusan photo Raka di berbagai tempat. "Menarik"gumam Ranti membayangkan keseruan hidup Raka dari photo-photonya. Lalu matanya tertegun pada satu pose Raka dengan tatapan mata tajam sekaligus terlihat meneduhkan. Sederhana namun berkharisma, seketika menarik jiwa, Ranti pun seraya merasakan koneksi yang mendalam di matanya "a soul connection".

Ranti lalu berusaha mengingat pertemuannya dengan Raka terakhir kali, namun ingatannya begitu dangkal dan Ranti baru menyadari bahwa Raka ternyata memiliki senyum yang manis, mata tajam dan meneduhkan. Kemudian Ranti menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ah tidak, ia tidak pernah ingat itu. Dulu dia tidak semanis itu..ia hanya seorang Raka yang pendiam" sangkalnya dalam hati. Lalu timbul keinginan Ranti untuk menyapanya, mendengar cerita seru hidupnya dan mungkin sekedar basa-basi bertanya kabar tentang teman-teman lainnya sebagai awal percakapan. Ranti segera mengirimkan sapaan singkat, besar harapan Raka masih mengenali wajah Ranti setelah sekian waktu berlalu.

Siang itu Ranti tengah sibuk di meja kerjanya membaca deretan email masuk. Tiba-tiba saja muncul notifikasi pesan di ponselnya. Balasan pesan dari Raka. Setelah dua minggu Raka baru membalas pesannya, senyum Ranti pun seketika mengembang dan jantungnya mendadak berdegub kencang mengetahui Raka masih mengenalinya dengan baik bahkan mengirimkan pesan riang menyambut sapaannya. Setelah mengetik beberapa balasan yang di akhiri dengan saling bertukar nomor ponsel setelah itu Raka tak membalas pesannya lagi hingga tiga hari kemudian Raka menghubungi Ranti dan menemuinya.

Lalu dalam waktu singkat mereka terlibat pembicaraan yang penuh dengan keseruan. Raka pun bercerita bahwa lima tahun lalu, di suatu hari mereka pernah bertemu di suatu tempat tanpa sengaja. Saat itu wajah Ranti terlihat murung. Dan Ranti menceritakan bahwa ia baru saja bertengkar hebat dengan kekasihnya dan berniat mengakhiri hubungan mereka. Pertemuan itu tak berlangsung lama. Ranti yang terlihat sedih dan gelisah kemudian berpamitan pada Raka dan berjanji menghubungi Raka setelahnya. Raka yang diam-diam pernah menyukai Ranti tak bisa menampik rasa senangnya mengetahui Ranti akan putus dengan kekasihnya dan menanti Ranti menghubunginya. Raka berjanji dalam hati bahwa di pertemuan berikutnya ia akan mengumpulkan keberanian menyampaikan perasaannya pada Ranti. Raka tak ingin lagi menyia-nyiakan kesempatan memiliki Ranti sebagai kekasih sebagaimana yang pernah ia pendam semasa dulu. Namun bulan berganti bulan Ranti tidak pernah menghubungi Raka. Dan Raka melanjutkan perjalanan hidupnya pindah ke kota lain.

Mendengar cerita Raka, ada penyesalan di hati Ranti kenapa dirinya tidak dapat mengingat pertemuan lima tahun lalu itu sedikitpun. Andai saja waktu itu Ranti menghubungi Raka setelah putus dengan kekasihnya, mungkin saja ada takdir lain yang menyatukan mereka setelahnya.

Dan pembawaan Raka yang tenang dan tatapan mata tajam meneduhkan di malam itu membuat Ranti merasakan suatu rasa yang berhasil menyentuh kedalaman hatinya. Bagai ingin menebus masa lalu, Ranti tak ingin kehilangan momen bersama Raka hingga hari-hari mereka pun kemudian berlanjut dengan komunikasi yang semakin mendekatkan hati mereka dan sebulan kemudian mereka meresmikan diri sebagai sepasang kekasih.

Hubungan Ranti dan Raka berjalan dengan dipenuhi warna warni kebahagiaan. Raka yang lembut, perhatian dan penyayang membuat Ranti jatuh cinta tanpa sekat. Raka tidak hanya menjadi kekasih yang baik hati, humoris, seirama dan sejiwa, ia juga sangat dewasa dan peka dengan emosi Ranti yang sering naik turun tak beraturan. Sangat berbeda dengan lelaki-lelaki yang pernah mengisi hidup Ranti selama ini. Hubungan mereka di jalani dengan saling mengisi dan melengkapi. Dan ini kali pertama Ranti merasa bahwa Raka lah lelaki tepat yang di kirimkan tuhan padanya. Ranti ingin mengakhiri pertualangan cinta dalam hidupnya, siap berlabuh dan menetap pada Raka, lelaki yang ia yakini sebagai belahan jiwanya.

Hingga suatu hari Raka tiba-tiba saja menyudahi hubungan mereka.

Malam itu Ranti melihat kegelisahan di wajah Raka saat mereka tengah makan malam bersama di kedai kopi kawasan Menteng. Ranti yang teramat peka dengan Raka kemudian berusaha mencari jawaban dengan bertanya berulang-ulang tentang apa yang tengah terjadi pada diri Raka. Dan setelah sekian kali Ranti mendesaknya, sebuah kejujuran akhirnya terucap dari mulut Raka.

"Ranti... maafkan aku.. sejak bersama mu aku berusaha menyimpan rapat-rapat rahasia ini. Namun semakin lama aku menyimpannya, semakin membuat batin ku tersiksa.." ujar Raka dengan wajah kelu dan menarik nafas panjang.

"Aku sudah menikah Ranti. Pernikahanku sudah menginjak tahun ke empat. Setelah terakhir aku bertemu dengan mu, aku pindah ke kota lain dan disana lah aku bertemu dengan istriku",

"Tahun ke dua pernikahan aku dan istriku pindah kembali ke Jakarta. Aku dan dia sama-sama seorang pekerja. Tujuh bulan lalu Istri ku di pindah tugaskan ke Makassar oleh perusahaannya. Makassar adalah tempat kelahirannya dan selama dia bertugas di sana, dia kembali tinggal bersama orang tuanya. Sejak itu aku dan dia menjalani hubungan pernikahan jarak jauh.."

"Aku tidak mempermasalahkan hubungan pernikahan jarak jauh ini dan belum terpikir memiliki anak karena dia masih terfokus membangun karirnya. Hanya saja selama menjalani long distance marriage hubungan aku dan dia semakin hambar dan dihiasi banyak pertengkaran karena adanya jarak yang memisahkan. Entah berapa kali dia mengatakan ingin berpisah denganku, tapi aku selalu diam dan mempertahankannya"

"Dan saat bertemu denganmu denganmu aku tak kuasa mengatakan perihal status ku itu. Karena selain aku masih menyimpan rasa, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan kita menjalani sebuah hubungan yang setidaknya dulu pernah aku impikan.."

"Akhir bulan ini istriku resign dari kantornya dan kembali ke Jakarta tinggal bersamaku, demi menyelamatkan pernikahan kami dan memulai program kehamilan".

"Maafkan aku Ranti... hidupku beberapa minggu terakhir bagai berada di persimpangan jalan, berat aku untuk mengungkapkan namun.. aku tak dapat melanjutkan hubungan kita.."

Dan Ranti tidak dapat lagi menahan deras air matanya. Ia bagai tak percaya apa yang di sampaikan Raka padanya. Meski banyak pertanyaan tiba-tiba muncul berdesakan dalam benaknya, Ranti tak mampu mengucap sepatah kata pun. Tak mengerti antara harus menghargai kejujuran Raka, murka pada kebohongannya atau tak rela kehilangan Raka yang terlanjur dicintainya. Yang ia rasakan hatinya terbakar panas api, hancur seketika dan ingin berlari sejauh-jauhnya dari tempat itu.

Ya, setelah malam itu Ranti tak pernah lagi mendengar kabar Raka. Satu tahun berlalu, namun Ranti tak dapat mengingkari, rasa cinta dan kecewa pada Raka tak kunjung usai. Raka telah memberinya kebahagiaan yang singkat sekaligus meninggalkan luka yang lebih dalam dari sebelumnya. Dan itu membuat Ranti tak henti menyesali; ANDAI PAGI ITU ia tak pernah menyapa Raka lebih dulu.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun