Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintaku Terlalu Rumit

24 Juli 2024   19:25 Diperbarui: 24 Juli 2024   19:36 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu, di kampus, aku pertama kali bertemu dengan Luluk. Wajahnya yang lembut dan senyumnya yang manis langsung membuat hatiku bergetar. Kami berbicara singkat di kelas, dan aku merasa ada sesuatu yang istimewa tentangnya. Aku tahu aku harus mengenalnya lebih jauh. Maria, sahabatku sejak SMA, adalah teman baik Luluk. Ketika aku bercerita tentang perasaanku pada Luluk, Maria mendukung penuh dan menawarkan untuk menjadi mak comblang.

"Aku akan membantu kamu, Jo. Luluk teman baikku, aku tahu dia pasti akan suka sama kamu," kata Maria dengan senyum.

Maria mulai mengatur berbagai pertemuan antara aku dan Luluk. Kami sering pergi bersama untuk makan siang atau minum kopi. Awalnya, semuanya berjalan lancar. Luluk tampak mulai tertarik padaku. Namun, ada sesuatu yang aneh. Setiap kali aku merasa sudah semakin dekat dengan Luluk, selalu ada halangan yang muncul entah dari mana.

Suatu hari, saat kami sedang menikmati makan malam romantis yang diatur oleh Maria, Luluk tiba-tiba mendapat telepon darurat dan harus pergi. Kejadian-kejadian seperti ini terus berulang, membuatku frustasi dan bingung. Aku curiga ada sesuatu yang tidak beres.

Pada suatu malam, aku memutuskan untuk mengunjungi Luluk di rumahnya. Ketika aku sampai, aku mendengar percakapan yang membuatku terkejut.

"Luluk, kamu harus hati-hati sama Jo. Aku dengar dia masih suka main-main sama cewek lain," suara Maria terdengar dari balik pintu.

"Apa? Serius, Maria? Aku tidak tahu itu," jawab Luluk dengan nada kecewa.

Hatiku hancur mendengar itu. Maria, sahabatku yang aku percaya, ternyata berusaha menjatuhkanku di depan Luluk. Aku mundur perlahan dan kembali ke rumah dengan hati berat. Malam itu, aku tidak bisa tidur, memikirkan apa yang harus kulakukan.

Esok harinya, aku memutuskan untuk menghadapi Maria. Aku mengundangnya untuk bertemu di taman kampus.

"Maria, aku dengar kamu berbicara dengan Luluk semalam. Kenapa kamu melakukan itu?" tanyaku dengan tegas.

Maria terdiam sejenak, lalu menatapku dengan mata berkaca-kaca.

"Jo, aku minta maaf. Sebenarnya, aku juga mencintaimu sejak lama. Aku tidak tahan melihatmu dekat dengan Luluk. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaanku," jawab Maria dengan suara gemetar.

Pengakuan Maria membuatku terkejut. Aku tidak pernah menyangka bahwa sahabatku sendiri ternyata menyimpan perasaan yang begitu dalam padaku. Aku merasa bersalah karena tidak menyadari hal ini lebih awal. Aku mencoba mengerti perasaannya, tetapi situasi ini menjadi semakin rumit.

"Maria, aku mengerti perasaanmu. Tapi, ini tidak adil untuk Luluk. Kita harus jujur padanya," kataku dengan lembut.

Maria mengangguk setuju, meski terlihat enggan. Kami berdua memutuskan untuk berbicara dengan Luluk dan menjelaskan semuanya.

Saat kami bertemu dengan Luluk, dia tampak tenang meskipun aku tahu hatinya pasti terluka. Maria menjelaskan semuanya, termasuk perasaannya yang sebenarnya padaku.

"Jo, Maria, aku menghargai kejujuran kalian. Tapi aku butuh waktu untuk merenung. Aku tidak ingin ada kebohongan dalam hubungan ini," kata Luluk dengan bijak.

Beberapa minggu berlalu. Aku dan Maria memberikan ruang kepada Luluk untuk berpikir. Selama waktu itu, aku dan Maria semakin dekat. Kami sering berbicara tentang perasaan kami dan masa depan yang mungkin. Tanpa disadari, aku mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan dengan Maria.

Akhirnya, Luluk menghubungiku dan Maria. Kami bertemu di taman kampus, tempat yang sama di mana aku pertama kali mengungkapkan perasaanku pada Maria.

"Jo, Maria, aku sudah memikirkan semuanya. Aku rasa aku belum siap untuk hubungan yang rumit seperti ini. Kalian berdua lebih baik bersama. Aku hanya ingin kalian bahagia," kata Luluk dengan senyum tulus.

Keputusan Luluk membuat hatiku campur aduk. Aku sedih karena harus melepaskannya, tetapi juga lega karena Maria, yang telah lama mencintaiku, kini bisa bersama denganku tanpa ada rahasia lagi.

Setelah Luluk memutuskan untuk mundur, aku dan Maria memulai hubungan baru kami. Kami tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi kami siap menghadapi segala rintangan bersama. Cinta Maria yang tulus dan sabar membuatku semakin menghargainya. Kami berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun lagi dan selalu jujur satu sama lain.

Namun, kebahagiaan kami tidak bertahan lama. Beberapa minggu kemudian, aku mulai menerima pesan-pesan misterius yang mengungkapkan hal-hal negatif tentang Maria. Aku tahu ini bukan kebetulan. Ada seseorang yang mencoba menghancurkan hubungan kami.

"Aku tahu siapa yang mengirim pesan ini, Jo," kata Maria suatu hari. "Ini pasti dari mantan pacarku yang tidak terima aku bersamamu."

Kami memutuskan untuk menghadapi orang tersebut. Dalam pertemuan yang tegang, mantan pacar Maria akhirnya mengakui perbuatannya. Dia masih mencintai Maria dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Maria telah pindah hati.

"Aku minta maaf, Jo, Maria. Aku tidak seharusnya mencampuri urusan kalian. Aku hanya tidak bisa menahan perasaanku," katanya dengan nada menyesal.

Setelah konfrontasi itu, hidup kami menjadi lebih tenang. Aku dan Maria semakin yakin bahwa kami memang ditakdirkan untuk bersama. Kami merencanakan masa depan kami dengan penuh semangat dan cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun