Misalnya terkait jumlah murid dan frekuensi pemberian makanan. Apakah terjadi keterlambatan dalam pemberian makanan atau tepat waktu dan jumlah, apakah menu disukai siswa, apakah makanan sehat, apakah ada kondisi tertentu misalnya keracunan, dsb.
Jika sekolah sekaligus sebagai pelaksana PMBG/swakelola, tentu harus dilaporkan pula tentang pengelolaan keuangannya. Berapa anggarannya, berapa realisasi penerimaan, berapa realisasi pengeluaran/penggunaan dan tentu saja harus disusun pertanggungjawabannya.
Evaluasi hendaknya juga dilakukan secara berkala, baik menyangkut keuangan maupun pelaksanaan PMBG. Dengan demikian diketahui  kendala/hambatan dan dicarikan solusi untuk mengatasi kendala yang ada.
Evaluasi atas program, salah satunya dengan melakukan pengukuran indikator kesehatan/gizi secara berkala. Hal ini dapat dilakukan sekolah bersama dengan Dinas Kesehatan/RSUD Pemerintah/Puskesmas/Bidan Desa setempat untuk pengukuran tinggi dan berat badan siswa. Sedangkan untuk evaluasi atas dampak PMBG seperti kehadiran siswa, angka drop out, prestasi/nilai raport atau prestasi lainnya dan lain-lain dapat dilakukan oleh internal sekolah dengan supervisi berjenjang.
Jika seluruh tahapan dilaksanakan dengan baik, masing-masing pihak punya tujuan yang sama, mitigasi risiko program dan kecurangan di setiap tingkatan dirancang dan diimplementasikan dengan baik, serta dibarengi dengan integritas yang tinggi seluruh stake holder, bukan tidak mungkin PMBG berhasil mencapai tujuannya.