"Aku apa? Aku kenapa? Apa ada yang salah sama aku?" aku meluncurkan pertanyaan yang bertubi-tubi padanya.
"Apa kamu memendam rasa cinta sama aku?"
Apa yang kutakutkan ternyata benar terjadi. Aku gugup, tak tahu harus berkata apa. Aku merasa sulit untuk menjelaskannya kepada Gleiv. Bibirku terasa kelu. Seolah Gleiv pun mengetahui kegugupanku.
"Maaf Keiy, bukannya aku terlalu PD. Aku cuma pengen tahu isi hati kamu yang sesungguhnya."
"Gimana ya, Gleiv? Aku susah ngejelasinnya. Selama ini aku memang nge-fans sama kamu. Tapi bukan berarti aku cinta. Aku masih belum berani dan belum tertarik untuk terjun ke dunia cinta. Aku harap kamu bisa ngertiin aku, Gleiv."
Seusai menyelesaikan ucapanku, aku meninggalkan Gleiv yang tengah tenggelam dalam renungannya. Aku membiarkannya sendiri.Baru meninggalkannya beberapa langkah, aku menoleh ke arahnya. Tatap mataku berpapasan dengan tatap matanya. Aku melihat matanya berbinar dan senyum terhias di bibirnya.