Ketika aku sudah menghampiri Fincha, aku langsung membantunya. Aku berusaha sesibuk mungkin. Aku takut kalau Fincha menanyaiku macam-macam tentang obrolanku dengan Gleiv. Walau aku tahu tidak ada yang spesial dari obrolan kami.
Saat acara perpisahan dimulai, aku duduk di sebuah kursi. Aku sedang mempersiapkan diri untuk tampil membaca puisi. Aku berulang-ulang membaca lirik puisi agar lancar. Aku juga melatih improvisasiku.
"Hai, Keiy," suara lembut nan merdu milik Gleiv menyapaku.
"Hai juga," jawabku seraya tersenyum.
"Kamu yang baca puisi, ya?" tanyanya seraya duduk di sampingku.
Sebenarnya aku merasa tidak enak kalau sampai dilihat teman0teman lain. Tapi aku juga merasa tidak enak kalau menghindar. Aku merasa serba salah. Aku tetap berpura-pura tenang dan membiarkan dia duduk di sampingku.
"Iya," jawabku kemudian.
"Sukses, ya!" katanya sambil memasang senyum ramah di wajah dan mengulurkan tangan untuk kedua kalinya.
Aku pun menyambutnya dengan riang disertai ucapan terima kasihkarena simpatinya padaku. Belum pernah ada seorang cowok yang bersimpati padaku. Gleiv adalah orang pertamanya. Sungguh membuatku tak bisa melupakan peristiwa singkat ini.
"Oh iya, nama band kamu apaan sih?"
"B-Qen band."