Namun sebelum aku meraihnya, tangan seseorang lebih dulu mengambil foto itu. "Mbak Indira?"Â
Aku terkejut ketika wanita itu mengenali wajah Indira. Wajahku mengadah, menatap wanita paruh baya itu lamat-lamat.
"Nama bapak pasti Ali. Benar?"Â
"Kamu siapa?"
"Saya Mira, Pak. Adik Mbak Indira."
***
Pemuda yang menolongku adalah Takashi, anak Mira. Setelah kejadian itu, Mira membawaku ke sebuah kafe, lokasinya tak jauh dari tempat kerja.Â
Jantungku berdetak cepat, aku bahkan takut mati detik itu juga sebelum mendengar kabar tentang Indira. Bagaimana dia sekarang? Tinggal di mana ia sekarang.
"Bapak selama ini ke mana saja? Saya tinggal di Jakarta, setiap bulan sekali, selama 2 tahun terakhir, saya selalu ke Bandung untuk menemui Bapak. Tapi selalu nggak pernah ketemu."
Kondisiku sudah tidak seperti dulu. Ada kalanya aku memang tidak berjualan karena sakit. Atau karena memang tidak mau saja.Â
"Maaf saya baru sempat kasih ini." Mira menyodorkan walkman vintage ke atas meja. "Setelah pindah ke Surabaya. Saya dan keluarga tidak pernah ke Bandung lagi. Bahkan setelah lulus kuliah, saya menikah dengan pria berkebangsaan Jepang dan tinggal di sana. Baru 2 tahun lalu kami sekeluarga pindah ke Jakarta."Â