Tetapi karena sudah kadung malu dengan penjual bensin, apalagi kami berhenti persis di depan warungnya, akhirnya saya ber-spekulasi menambah bensin. Â Anehnya, setelah disi bensin, sepeda motor itu bisa distater dan kami melanjutkan perjalanan ke Pondok Tahfidz Kiai Marogan Palembang.
Setelah kami pulang. Saya dan Azriel istirahat. Sementara jam sudah menjukkan pukul 14.45 WIB. Saya berbaring sebentar. Tak lama kemudian, isteri saya masuk kamar. Tak ayal, semua peristiwa hari tu saya ceritakan pada isteri saya.
"Semua peristiwa pasti ada hikmahnya," ujar isteri saya, yang sempat membuat saya heran.
Sebab, kali itu kondisi saya masih lelah, tetapi tiba-tiba isteri saya mengajak berpikir berat. Tapi saya mencoba tetap merspon.
"Apa hikmahnya," tanya saya lagi.
Pertama : kalau kita akan pergi ke suatu tempat, harus punya bekal cukup, terutama persiapan duit. Sebab kita tidak tahu apa yang terjadi dalam perjalanan," ujarnya.
"Kedua," kata saya melanjutkan, kalau-kalau masih ada ucapan lain dari isteri saya.
"Itu pelajaran buat kita?" kata isteri saya.
"Maksudnya?" tanya saya lagi.
"Kalau kita mengundang ustadz, atau siapapun dia, apalagi orang itu diminta jasanya, kita wajib menyiapkan biaya, meskipun hanya cukup untuk transport," tambah isteri saya.
"Kok harus begitu?" tanya saya lagi.