Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Pengasuh Ponpes Rumah Tahfidz Rahmat Palembang

Jurnalis, Dosen UIN Raden Fatah Palembang, dan sekarang mengelola Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Rahmat Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teologi Sepeda Motor Rusak

27 Juni 2020   17:39 Diperbarui: 27 Juni 2020   17:34 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pejalanna, tak biasanya saya membawa uang pas, untuk bensin. Tapi kali itu tanpa berpikir panjang, sebelum berangkat saya tidak membawa uang lebih dari sekadar  cukup untuk membeli bensin eceran.

"Ustadz bawa duit pas-pasan, takutnyo duit ndak cukup untuk service," jawab saya yang sudah tentu membuat Azriel juga gelisah. Tapi Azriel masih mendesak saya.

"Kita tanyo dulu ke bengkel, apo yang rusak, gek baru tahu barapo biayanyo," jawab Azriel memberi alternatif. Jawaban itu kemudian saya iyakan.

Azriel kemudian menuntun sepeda motor yang rusak. Sementara saya sudah lebih dulu melangkah menuju lokasi bengkel. Hanya sekitar 50 meter, kami sudah sampai di bengkel.

Alhamdulillah, biaya tak sampai 50 ribu. Biaya ganti busi, hanya Rp 17 ribu. Kali itu saya upah pemasangannya Rp 3 ribu. Praktis dengan mengeluarkan uang Rp. 20 ribu, motor sudah berjalan kembali dan menuju ke Bukit Lama.

Kemacetan sepeda motor ini bukan kali pertama. Sebab saat kami berangkat, sepeda motor yang kami kendarai sudah mulai menunjukkan tidak beresannya. Selain gasnya memang gagak ngadat, saya juga gelisah ketika terasa ada sesatu yang menganggu dalam suara mesin.

Kata para orang bijak, apa yang kau pikirkan, itulah yang akan terajadi. Saat itu saya khawatir sepeda motor akan mogok. Dan ke-kahawatiran saya terbukti.

Ketika kami baru meluncur sekitar 3 kilo meter di jalan Soekarno Hatta, menuju Ponpes Kiai Marogan Talang Betutu, tiba-tiba sepeda motor itu hilang gas. Saya terpikir, bensin yang habis.

Beberapa detik, Kali itu saya ada perasaan kesal pada santri, yang menggunakan sepeda motor sebelumnya.  Saya pikir, mengapa santri tidak memberi tahu kalau bensinnya habis. Kan bisa minta duit untuk beli bensin.

"Idak ustadz, kemarin kami isi 10 ribu," celetuk Azril meyakinkan saya, kalau persoalan macetnya sepeda motor bukan karena habis bensin, tetapi ada penyebab lain. Untuk membuktikan, Azriel kemudian membuka penutup bensin. Begitu diguncang, memang masih banyak. Berarti masalah tidak pada bensinnya.

Tanpa sadar, kali itu kami sedang dipaksa Allah Swt untuk bersedekah Rp. 10 ribu kepada penjual bensin. Padahal, kalau melihat penyebab macetnya sepeda motor, tidak ada hubungannya dengan bensin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun