Mohon tunggu...
Imon  Ajianto
Imon Ajianto Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kota Tegal

No eviden no history. Dengan menulis maka aku ada di dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kisah Migrasi Pedagang Telur Asin

17 Desember 2018   16:23 Diperbarui: 18 Desember 2018   07:32 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa lapak pedagang yang menjual berbagai makanan khas Kota Tegal dan Kabupaten Brebes terlihat di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo Margadana Kota Tegal. Bagi pedagang asli Brebes, mereka harus rela merogok modal lebih dalam untuk menyewa lapak. Namun sepinya pendapatan karena beroperasinya tol Brebes-Pemalang memaksa mereka memilih kembali ke tempat asalnya. dok pri

Apalagi setelah tol Pejagan-Pemalang seksi 3 dan 4 Brebes Timur-Sewaka dan tol Pemalang-Batang segmen Sewaka-Simpang Susun Pemalang, Jumat (9/11) lalu diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo. Menurut, Rodiyah omzet penjualannya pun kembali mengalami penurunan.

"Turun drastis, kalau hari-hari lebaran dan libur panjang semalam omzet bisa mencapai Rp. 10-15 juta. Sekarang mah boro-boro. Sekarang saja belum melayani," ungkap Rodiyah mengeluh saat penulis menanyakan mengenai omzet.

Kendala lainnya yang dialami Rodiyah, persaingan antar pedagang telur asin. Apalagi orang-orang yang diajarinya  berdagang kini ikut berdagang sendiri, namun mereka disebutnya merusak harga. Dengan membanting harga dibawah harga jual yang biasa dijual oleh Rodiyah. 

Menurut Rodiyah, hal tersebut dilakukan karena mereka tidak memikirkan biaya sewa. Sementara Rodiyah harus mengambil keuntungan tetapi juga memperhitungkan biaya sewa yang telah dikeluarkannya sebesar Rp. 2 juta pertahun. Selain itu, sewa lapaknya tidak boleh diperpanjang karena akan digunakan pemilik untuk berjualan juga.

Oleh karena selain faktor sepi pelanggan dan menurunnya omzet serta faktor-faktor lainnya, Rodiyah memutuskan kembali berjualan di Pantura Klampok. Kembali bermigrasi ke tempat asal semula dimana ia berjualan sebelumnya. Hal yang sama juga akan dilakukan oleh 13 pedagang kawan Rodiyah lainnya.

"Di klampok  semua warung omzetnya turun drastis pas lebaran itu. Pas Brexit pindahnya ke sini semua, ada 17 warung tinggal 3 orang. Sekarang karena sepi kita mau balik lagi ke Klampok. Sekarang mau ditempati pemilik karena tidak boleh diperpanjang dan akan ditempati oleh pemilik untuk usaha sendiri," tutur Rodiyah sedih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun