Mohon tunggu...
Imon  Ajianto
Imon Ajianto Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kota Tegal

No eviden no history. Dengan menulis maka aku ada di dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kisah Migrasi Pedagang Telur Asin

17 Desember 2018   16:23 Diperbarui: 18 Desember 2018   07:32 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa lapak pedagang yang menjual berbagai makanan khas Kota Tegal dan Kabupaten Brebes terlihat di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo Margadana Kota Tegal. Bagi pedagang asli Brebes, mereka harus rela merogok modal lebih dalam untuk menyewa lapak. Namun sepinya pendapatan karena beroperasinya tol Brebes-Pemalang memaksa mereka memilih kembali ke tempat asalnya. dok pri

Dibangunnya jalan Tol Trans Jawa yang membelah dari Merak sampai Banyuwangi sepanjang 1.150 km berdampak pada perekonomian masyarakat. Ada dampak positif juga ada dampak negatif yang ditimbulkan. Tak terkecuali yang terjadi di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian Suseno, Soedarsono dan Anindyawati (2017) terhadap dampak jalan tol di Desa Kaligangsa Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes yang masuk seksi II Pejagan-Pemalang atau Brebes Barat-Brebes Timur sepanjang 6 km, disimpulkan sangat berdampak terhadap kehidupan masyarakat disana. 

Adapun besarnya dampak yang dirasakan masyarakat yakni faktor sosial yang menjadi faktor paling dominan akibat beroperasinya jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi II Brebes Barat-Brebes Timur dengan varians 34,454 %, kemudian faktor ekonomi dengan varian sebesar 21,351% dan faktor lingkungan dengan varians sebesar 13,9135.

Dampak yang ditimbulkan oleh adanya jalan bebas hambatan itu masuk dalam kategori sedang, dilihat dari faktor ekonomi dengan indikatornya antara lain matapencaharian, perubahan profesi, kesempatan berusaha, omzet usaha dan lapangan pekerjaan baru (Suseno, dkk, 2017).

Sementara di wilayah Batang, Munandar (2010) memprediksi bahwa ketika tol sudah dioperasikan, kegiatan komersial yang terkena dampak signifikan antara lain rumah makan dan bengkel. 

Rumah makan yang menjadi persinggahan mobil pribadi dan bus pariwisata di Jl. Raya Gringsing selama ini memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa jadi mengalami kebangkrutan yang diikuti bertambahnya jumlah pengangguran karyawan rumah makan yang kehilangan pekerjaan. Tentu saja akibatnya PAD yang diterima Pemda setempat mengalami penurunan atau hilang sama sekali.

Temuan penelitian-penelitian di atas juga diasumsikan terjadi di sepanjangan jalan tol seksi 3 dan 4 dan Tol Pemalang-Batang Seksi 1 Segmen Sewaka-Simpang Susun Pemalang dengan panjang total 57,50 kilometer telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (9/11).

Di Jalan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa bagian barat, mulai dari Brebes hingga Kota Tegal, sepanjang jalan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dijadikan etalase untuk menjajakan produk-produk unggulan daerah.

Produk-produk khas wilayah Pantura Bagian Barat tersebut antara lain telur asin, bawang merah, poci dari tanah liat yang biasa digunakan masyarakat sebagai tradisi minum teh bersama-sama yang dikenal dengan moci atau cipok (moci karo ndopok), kacang bogares, pilus, tahu aci dan lainnya.

Salah satu kios yang menjual telur asin sepi pembeli dok pri
Salah satu kios yang menjual telur asin sepi pembeli dok pri
Di Jalan Pantura juga bertebaran rumah makan yang menghidangkan sate tegal sebagai makanan khas daerah Pantura Barat di Provinsi Jawa Tengah itu. Tak ketinggalan warung tegal (warteg) sebagai ciri khas Kota Bahari serta tempat-tempat yang menjajakan berbagai makanan khas daerah pantura Tegal, seperti sate blengong, kupat glabed dan kupat bongkok.

Sebelum jalan tol yang melewati Kabupaten Brebes dan Kota Tegal diresmikan, masa lebaran merupakan waktu panen bagi UMKM yang berusaha di bidang makanan dan produk khas tersebut. 

Saat pemudik melewati Jalan Pantura dari barat maupun dari timur, sebagai daerah lintasan, saat melintas para pemudik banyak yang menyerbu untuk memborong produk unggulan tersebut. Selain untuk dinikmati di tempat, mereka membeli sebagai buah tangan untuk dibawa kepada sanak keluarga di kampung halaman.

Seperti yang dialami Rodiyah (50). Sejak tol dibangun di wilayah Brebes, ia yang berjualan telur asin dan produk khas Brebes lainnya di bahu ruas jalan Pantura Kecamatan Klampok Kabupaten Brebes, mulai "galau". Pasalnya, ia memprediksi jika tol dioperasikan, maka ia tak akan lagi mudah meraup untung berjualan. Tak akan ramai lagi kendaraan yang lewat dan mampir ke lapaknya. Bahkan di musim lebaran sekalipun.

Prediksi Rodiyah terbukti. Menurunnya omzet penjualan memaksa ibu yang memiliki empat orang anak itu membuatnya harus hengkang dari Klampok kira-kira tahun 2015. Ia bersama 13 pedagang dari 17 pedagang di jalur Klampok migrasi ke jalur pantura yang masih ramai dilewati kendaraan. 

Jalur Pantura Kaligangsa sampai Margadana menjadi pilihan untuk memindahkan dagangannya. Mereka kemudian menyewa kios-kios di pinggir jalan kepada warga di sepanjang Margadana sampai Kaligangsa sebelum pintu masuk tol Brexit. 

Tujuannya agar kendaraan yang akan menuju Jakarta sebelum masuk tol mau mampir ke kios mereka yang menjual selain telur asin, ada bawang merah, seperangkat poci, cobek, dan oleh-oleh lainnya.

Awalnya tahun 2016 saat beroperasinya tol Pejagan-Brebes Barat dan ruasnya baru sampai pintu Brebes Timur yang dikenal dengan Brexit, masa lebaran tahun itu merupakan masa yang tak terlupakan. Terjadinya penumpukan kendaraan hingga terjadi kemacetan di Brexit, justru membawa berkah bagi pedagang UKM. Dagangan mereka laris manis, yang menjual air mineral juga panen bahkan BBM mengalami kelangkaan sehingga penjualan di tingkat eceran harganya melonjak tinggi.

Namun seiring beroperasinya tol Brebes Timur-Pemalang secara fungsional, pemandangan tersebut sudah tidak terlihat lagi pada lebaran tahun 2018. Para pedagang tak lagi dapat meraup untung berlipat.

"Biasa lebaran semalam bisa Rp. 15  juta, tapi saat ini hari-hari biasa dapat Rp. 500 ribu susah banget," ungkap Rodiyah.

Sebelumnya Rodiyah berjualan telur asin sendirian di sepanjang jalan Kaligangsa. Namun karena dilihatnya ramai pembeli, banyak penduduk Kaligangsa yang meminta diajari berdagang telur asin. Demmikian pula pemilik lahan kios tempat Rodiyah menyewa lapak. Kini, orang-orang yang diajari berdagang telur asin kemudian membuka sendiri lapak mereka. Sehingga hal tersebut merubah peta persaingan penjualan telur asin.

"Orang sini pada dagang semua, dulu lebaran saya disini nih. Ya Allah Rp. 10 juta -- Rp. 10 juta semalam dapat. Setahun lalu sini belum ada lampu dan gelap tidak ada warung," ungkap Rodiyah. 

Lebaran tahun 2018 seiring dioperasionalkannya tol Brebes Timur-Pemalang secara fungsional, pemandangan tersebut tak terlihat lagi. Sebagian besar pemudik melewati tol fungsional yang berdampak pada pendapatan warga Brebes dan Kota Tegal yang jalannya biasa dilewati pemudik.

Apalagi setelah tol Pejagan-Pemalang seksi 3 dan 4 Brebes Timur-Sewaka dan tol Pemalang-Batang segmen Sewaka-Simpang Susun Pemalang, Jumat (9/11) lalu diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo. Menurut, Rodiyah omzet penjualannya pun kembali mengalami penurunan.

"Turun drastis, kalau hari-hari lebaran dan libur panjang semalam omzet bisa mencapai Rp. 10-15 juta. Sekarang mah boro-boro. Sekarang saja belum melayani," ungkap Rodiyah mengeluh saat penulis menanyakan mengenai omzet.

Kendala lainnya yang dialami Rodiyah, persaingan antar pedagang telur asin. Apalagi orang-orang yang diajarinya  berdagang kini ikut berdagang sendiri, namun mereka disebutnya merusak harga. Dengan membanting harga dibawah harga jual yang biasa dijual oleh Rodiyah. 

Menurut Rodiyah, hal tersebut dilakukan karena mereka tidak memikirkan biaya sewa. Sementara Rodiyah harus mengambil keuntungan tetapi juga memperhitungkan biaya sewa yang telah dikeluarkannya sebesar Rp. 2 juta pertahun. Selain itu, sewa lapaknya tidak boleh diperpanjang karena akan digunakan pemilik untuk berjualan juga.

Oleh karena selain faktor sepi pelanggan dan menurunnya omzet serta faktor-faktor lainnya, Rodiyah memutuskan kembali berjualan di Pantura Klampok. Kembali bermigrasi ke tempat asal semula dimana ia berjualan sebelumnya. Hal yang sama juga akan dilakukan oleh 13 pedagang kawan Rodiyah lainnya.

"Di klampok  semua warung omzetnya turun drastis pas lebaran itu. Pas Brexit pindahnya ke sini semua, ada 17 warung tinggal 3 orang. Sekarang karena sepi kita mau balik lagi ke Klampok. Sekarang mau ditempati pemilik karena tidak boleh diperpanjang dan akan ditempati oleh pemilik untuk usaha sendiri," tutur Rodiyah sedih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun