Pertanyaan Ibu dijawab gelengan oleh Kinara. “Eng—enggak, Bu.” Jawabnya terbata. “Ta—tapi aku bertemu dengan perempuan itu.”
Sejurus kemudian Kinara mendengar Ibu berdecih. “Cih, wanita culas itu!” makinya gusar.
Kinara bungkam. Ia tak menyalahkan jika Ibunya berkata kasar. Toh memang demikian adanya. Keluarganya hancur karena ayahnya yang terpesona dan jatuh cinta pada wanita itu. Wanita yang jauh lebih muda dan menarik. Kinara membenci wanita itu, tetapi lebih dari itu ia merindukan ayahnya.
Biar bagaimanapun ia tetap seorang anak. Anak yang dulu begitu dekat dengan sang ayah sebelum lelaki itu memilih pergi meninggalkan keluarganya.
Ah, ayah…
Mengapa kau tega pada kami, bisik Kinara dalam hati.
“Kinara…,”
Kinara mendongak dan menatap Ibunya. “Kenapa kamu ke sana?” tanya Ibu.
“A—aku, A—ku kangen Ayah, Bu!”
Sesaat kemudian ruangan terasa senyap. Tak ada yang berbicara. Hingga kemudian Kinara merasakan usapan lembut di kepalanya.
“Berjanjilan satu hal pada Ibu, Kinara!”