Kepala Kinara mengangguk lemah. Tak lama ia pun membalik badannya untuk kemudian masuk ke dalam kamar. Sedetik setelah pintu kamar tertutup, Kinara menghela napas dalam-dalam.
Rasanya sulit. Mengapa aku begitu merindukannya?
***
“Ada apa?”
Kinara mendongak. Ditatapnya sang Ibu dengan dahinya berkerut.
“Beberapa hari ini kamu selalu pulang terlambat?” tanya Ibu kemudian. “Memangnya belajar kelompok setiap hari?”
Eh?
“Ada yang kamu sembunyikan, Kinara?”
Tubuh Kinara menegang seketika. Bibirnya kelu. Ibu tahu?
“Kamu sudah tak lagi mempercayai Ibu?”
Kepala Kinara tertunduk. Bukan! Bukan masalah percaya, tapi…
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!