“Hai, Tari!”
Mentari yang tengah asyik berkutat dengan penggorengan mendongak. Sesaat dapat kutemukan keterkejutan di wajah cantiknya.
“Kang Rido!” serunya tak percaya. Aku mengangguk dan tersenyum.
“Ya ampun Kang, kemana wae? Lama atuh nggak mampir ke sini? Udah bosen ya sama seblaknya Tari?” cerocos Mentari lagi.
Aku nyengir. “Lagi KKN, Tar. Jadi kan nggak ada di kampus juga,”
“Oh gitu. Tari kira lupa sama Tari. Eh, Mbak pedas apa nggak?” katanya sambil melayani pesanan pembeli.
Aku tersenyum tipis lalu mendudukkan diri di kursi plastic berwarna hijau yang memang sengaja disiapkan untuk pembeli saat menunggu pesanan selesai.
“Eh, ini Akang mau beli seblak?” tanya Mentari setelah menyadari aku yang berpindah tempat.
Kuanggukkan kepala menjawab pertanyaannya. “Iya.”
“Ok. Tapi sabar ya. Eh, ngomong-ngomong Mas Dirga mana, Bang? KKN juga ya?”
Keningku mengernyit sesaat. “Dirga? Iya. Kita kan satu angkatan.”