Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bersungut-sungut dan Kemenangan Paskah

18 April 2022   16:30 Diperbarui: 18 April 2022   16:45 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Parkir sembarangan, tidak genah!" umpatku terus meninggalkan halaman kantor.

Baru beberapa saat mobil mengaspal, lajunya harus terhambat. Nyaris tak bergerak. Lalulintas meningkat padat berkali lipat. Aku baru ingat kalau ini sudah bulan Ramadan. Dan di wilayahku sudah kuhafal demikian. Setiap kali bulan Ramadan, lalu lintas sangat padat terutama menjelang waktu berbuka puasa. 

Banyak orang berebut untuk segera bisa sampai di rumah. Banyak juga yang keluar rumah untuk membeli berbagai kebutuhan menu untuk berbuka puasa.

"Ya, ampun. Asem tenan!" bibirku tiba-tiba mengumpat geregetan ketika sepeda motor memotong tepat di depanku dan terdengar ada gesekan.

Mobil terus kujalankan pelan-pelan. Sekalipun lambat, akhirnya kulihat juga gang di sebelah kanan untuk menuju ke rumah. Lampu sein aku nyalakan tanda berbelok ke kanan. Kulihat dari kaca spion, kendaraan di belakang sudah sepi. Saya yakin kendaraan di belakang saya sudah ambil jalur kiri. 

Lampu dim juga saya tembakkan beberapa kali. Stir mobil sudah saya putar ke kanan. Moncong mobil sudah hampir memasuki gang. Namun, tiba-tiba sebuah motor menyalip dengan cara zigzag dan brak! Motor itu memang lolos dari sundulan mocong mobilku tetapi motor itu menabrak mobil dari arah berlawanan di depan sana. "Rasain, berjalan tidak aturan! Tidak sopan blas!" Aku menggerutu dan terus meninggalkan kerumuman.

***

Setelah mandi membersihkan diri, aku bergegas ke ruang makan. Aku bermaksud berbuka puasa hari ini. Sebelum menyantap menu makanan, aku menundukkan kepala beberapa saat. Berdoa dan merenungi peristiwa-peristiwa hari ini. 

Dan kembali hatiku terpukul. Ternyata hanya dalam sekali berjalan dari kantor ke rumah, hatiku tidak bisa sejahtera. Mulutku menggerutu bahkan dengan umpatan. Ya, ampun ternyata berat mengendalikan sungut-sunggut waktu berpuasa!

Sehabis berbuka puasa aku rebahan seperti biasa. Teman rebahan hanya gawai. Aku buka media sosial. Berita sepotong-sepotong berseliweran. Bahan bakar naik. Solar langka. Harga kebutuhan melambung sebelum lebaran. Mahasiswa turun ke jalanan diikuti para pengangguran. 

Ujaran kebencian merebak di setiap muka media. Berkali-kali aku geleng-geleng kepala. Berkali-kali juga aku mengiyakan pernyataan-pernyataan di media. Iya, ketidak adilan sudah merebak diman-mana. Iya, pengangguran saat ini jumlahnya sudah sangat mengkhawatirkan! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun