Rapatpun dilaksanakan. Tokoh masyarakat yang hadir cukup lengkap. Disamping Kepala Desa, perangkat, BPD, PKK, pemuda, LPMD. Masih banyak lagi.
Rapatnya luar biasa. Hanya memilih dan menetapkan TIM inventarisasi aset desa butuh lebih satu jam. Karena, sangking semangatnya, bermunculan pendapat yang menyimpang dari tujuan membentuk TIM.
Seorang tokoh masyarakat berpendapat. “Aset desa ini penting. Harus dilindungi dengan peraturan desa, agar tidak disalah-gunakan, agar tidak hilang.”
Yeah, luar biasa pendapatnya.
“Saya minta sekarang juga dibuatkan perdes agar mereka bisa jalan untuk mengatur aset.” Sambungnya.
Tapi sambungan itu, bikin Sam Jack klemun-klemun. Dikiranya, bikin perdes kayak goreng tempe menjes, sekarang dipesan sekarang jadi. Perdes itu butuh isi. Isi perdes aset desa itu dasarnya ya adanya aset desa itu. Lha, desa ini asetnya masih belum jelas. Volumenya berapa, letaknya dimana, statusnya kayak apa, masalahnya apa, semua masih kira-kira. Mau bikin perdes kayak apa? Apa bunyinya jadi Tentang Kira-kira Aset Desa dan Kira-kira Pengelolaan Aset Desa, apa begitu?
Tetapi si-tomas ngotot. Mungkin malu kalau salah. Ketua BPD menengahi, tidak berhasil. Rapat deadlog,rapat buntu. Rapat diakhiri jam satu malam, ditunda sampai ada undangan lagi.
“Itu, salah satu masalahnya. Tampaknya sederhana tapi rumit, tampaknya rumit tapi sederhana.” Sam Jack, ngakak. “Sampean bisa apa coba kalau begitu.” Lanjut Sam Jack, seperti biasa, suaranya menggelegar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H