Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aset Desa

9 April 2017   14:27 Diperbarui: 9 April 2017   22:30 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rapatpun dilaksanakan. Tokoh masyarakat yang hadir cukup lengkap. Disamping Kepala Desa, perangkat, BPD, PKK, pemuda, LPMD. Masih banyak lagi.

Rapatnya luar biasa. Hanya memilih dan menetapkan TIM inventarisasi aset desa butuh lebih satu jam. Karena, sangking  semangatnya, bermunculan pendapat yang menyimpang dari tujuan membentuk TIM.

Seorang tokoh masyarakat berpendapat. “Aset desa ini penting. Harus dilindungi dengan peraturan desa, agar tidak disalah-gunakan, agar tidak hilang.”

Yeah, luar biasa pendapatnya.

“Saya minta sekarang juga dibuatkan perdes agar mereka bisa jalan untuk mengatur aset.” Sambungnya.

Tapi sambungan itu, bikin Sam Jack klemun-klemun. Dikiranya, bikin perdes kayak goreng tempe menjes, sekarang dipesan sekarang jadi. Perdes itu butuh isi. Isi perdes aset desa itu dasarnya ya adanya aset desa itu. Lha, desa ini asetnya masih belum jelas. Volumenya berapa, letaknya dimana, statusnya kayak apa, masalahnya apa, semua masih kira-kira. Mau bikin perdes kayak apa? Apa bunyinya jadi Tentang Kira-kira Aset Desa dan Kira-kira Pengelolaan Aset Desa, apa begitu?

Tetapi si-tomas ngotot. Mungkin malu kalau salah. Ketua BPD menengahi, tidak berhasil. Rapat deadlog,rapat buntu. Rapat diakhiri jam satu malam, ditunda sampai ada undangan lagi.

“Itu, salah satu masalahnya. Tampaknya sederhana tapi rumit, tampaknya rumit tapi sederhana.” Sam Jack, ngakak. “Sampean bisa apa coba kalau begitu.” Lanjut Sam Jack, seperti biasa, suaranya menggelegar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun