Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Malam Ketujuh

28 Juni 2016   02:30 Diperbarui: 29 Juni 2016   00:14 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.varihsovy.com

Sebelum matahari menyingsing sholat jenazah telah usai, bersamaan usainya menggali liang yang dalam. Tubuhku diantar kepada asalnya: tanah. Aku, jiwa tubuhku, diantar bidadari ditandu pangeran-pangeran menyaksikan memasuki duniaku yang abadi.

Aku menahan tangis, pada mata jiwaku berkaca-kaca, dan hampir tumpah ketika Imam Surau ini mengatakan, “Kita kehilangan orang baik. Bukan begitu para jamaah.”

“Baik....!” Sahut jamaah serentak.

Bidadari menyorongkan tisu padaku. Harumnya melebihi minyak kasturi.

“Kita kehilangan orang baik, di malam yang baik, di tempat yang baik. Semoga kita diberi kesabaran dan keikhlasan. Kita mohonkan ampun padanya dan juga untuk kita semua. Amin.” Lanjut Imam Surau.

Ufuk mulai semburat memerah. Jasadku telah diurug tanah. Satu per satu meninggalkan makam di samping surau ini. Rasanya, aku ingin membagi buah kelapa yang begitu banyak disediakan untukku. Mereka terlanjur pergi. Mudah-mudahan mereka dapat memperoleh sendiri. Amin.

Djoglo Pandanlandung Malang
28 Juni 2016: 02.00
iman.suwongso@yahoo.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun