Sebelum matahari menyingsing sholat jenazah telah usai, bersamaan usainya menggali liang yang dalam. Tubuhku diantar kepada asalnya: tanah. Aku, jiwa tubuhku, diantar bidadari ditandu pangeran-pangeran menyaksikan memasuki duniaku yang abadi.
Aku menahan tangis, pada mata jiwaku berkaca-kaca, dan hampir tumpah ketika Imam Surau ini mengatakan, “Kita kehilangan orang baik. Bukan begitu para jamaah.”
“Baik....!” Sahut jamaah serentak.
Bidadari menyorongkan tisu padaku. Harumnya melebihi minyak kasturi.
“Kita kehilangan orang baik, di malam yang baik, di tempat yang baik. Semoga kita diberi kesabaran dan keikhlasan. Kita mohonkan ampun padanya dan juga untuk kita semua. Amin.” Lanjut Imam Surau.
Ufuk mulai semburat memerah. Jasadku telah diurug tanah. Satu per satu meninggalkan makam di samping surau ini. Rasanya, aku ingin membagi buah kelapa yang begitu banyak disediakan untukku. Mereka terlanjur pergi. Mudah-mudahan mereka dapat memperoleh sendiri. Amin.
Djoglo Pandanlandung Malang
28 Juni 2016: 02.00
iman.suwongso@yahoo.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H