Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jalan Berintang

12 Mei 2016   17:57 Diperbarui: 12 Mei 2016   19:39 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Anak-anak Sekolah I Dok.Pribadi

“Jangan terlalu dipikir, Andi kan? Ayo main kelereng saja.”

Santun pura-pura tidak mendengar. Anak-anak bergembira sekali bermain kelereng. Mereka sama-sama piawainya meluncurkan butir demi butir. Menyenangkan sekali. Santun segera bergabung dengan mereka, bermain kelereng.

***

Waktu bergulir dengan cepat. Matahari mulai menggelincir ke barat. Permainan yang membuat Santun larut dalam kegembiraan. Pada puncak permainan itu, Andi melintas di depan rumah bersepeda, dering belnya dibunyikan berkali-kali. Bunyi klinong-klinong itu terasa seperti pisau yang menyayat.

Ketika Andi lenyap ditelan tikungan jalan, menyisakan ingatan dalam kepala Santun. Ia mendapat tugas untuk menyampaikan sumbangan pada Idam. Santun tinggalkan teman-teman bermain kelereng. Santun bergegas menuju rumah Idam. Betapa cerobohnya Santun. Santun berharap tidak terjadi sesuatu dengan Idam. Anak-anak hanya saling berpandangan menyaksikan gelagat Santun.

Kecemasan Santun menemukan bukti. Rumah Idam pintunya tertutu. Sunyi. Tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam. Santun sudah mengelilingi rumah Idam, sambil memanggil namanya. Panggilannya hanya diterbangkan angin. Santun tidak menemukan seorangpun yang bisa Santun tanya. Hanya burung-burung perci berlompatan di dahan jambu.

Santun kembali pulang dengan penyesalan dan rasa malu. Di depan pintu, ibu menyambutku dengan pandangan menyelidik.

“Kusut sekali kamu Le?” Nilai ibu.

Santun tak menjawab. Santun menghempaskan pantatnya di kursi teras. Melemparkan amplop berisi sumbangan teman-teman kepada Idam di atas meja. Suara benturan logam itu segemerincing suara hatinya.

***

Santun kisahkan seluruh jalan cerita hari ini yang menimpanya kepada ibu. Ibu pendengar yang baik. Ia selalu memberikan jawaban yang senantiasa memuaskannya. Ibu selalu membuat Santun merasa damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun