Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jalan Berintang

12 Mei 2016   17:57 Diperbarui: 12 Mei 2016   19:39 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Anak-anak Sekolah I Dok.Pribadi

Seketika tatapan mata anak-anak bergeser ke arah Santun. Ia sampaikan usulan agar mereka seluruh kelas membantu Idam, agar ia bisa segera berobat ke Puskesmas, setidaknya ke bidan desa. Santun berharap anak-anak dapat memberi sumbangan semampunya.

“Itu usul yang baik. Bagaimana anak-anak?”

Ruangan kelas bergema. Mereka setuju denga usulan Santun. Ada suara teman perempuan yang duduk di belakang menanyakan, siapa yang bertugas mengumpulkan? Sebagian besar suara, menunjuk Santun yang bertugas mengumpulkan, sekaligus mengantarkan hasil sumbangan kepada Idam.

“Apa dia bisa memegang amanah, Pak?” Santun menoleh pada kawan yang berkomentar itu. Andi! Dia memang tak pernah suka kepada Santun. Dia memandang remeh dan menganggap Santun tidak mampu, tidak hanya sekali ini saja. Santun merasa Andi selalu iri kepadanya, karena Santun sering melontarkan ide-ide di dalam kelas ini. Santun merasa terhina. Mukanya memerah, menahan marah kepadanya. Kelas menjadi riuh seketika.

“Bagaimana Santun?” Pak Barja mengeraskan suaranya.

Santun menyatakan siap, dan Pak Barja menyetujui usulan anak-anak.

Santun bertugas mengambil sumbangan anak-anak, keliling menghampiri satu per satu. Anak-anak memasukkan sumbangannya ke dalam kotak pensil yang Santun sodorkan kepada mereka. Giliran pada Andi, ia tidak memberikan sesuatu apapun untuk membantu temannya. Ia tak peduli pada kehadiran Santun di hadapannya, pandangannya pura-pura mencari sesuatu di luar jendela kelas. Santun tinggalkan dia dengan hentakan nafas.

Santun minta ijin menghitung hasilnya di depan kelas. Santun hitung lembar demi lembar, keping demi keping. Dan Santun umumkan hasilnya sebesar 40 ribu.

“Harap dihitung ulang Pak. Saya perhatikan, hasil sumbangan teman-teman sepertinya lebih dari 40 ribu.” Protes Andi.

Sialan anak ini! Tidak mau memberi sumbangan tapi banyak mulut. Baik, Santun hitung lagi, lembar-demi lembar, keping demi keping. Aneh! Hasilnya sekarang 41 ribu.

“Lho...! Ya, kan? Bagaimana disaksikan berpuluh pasang mata, dia mau sembunyikan uang seribu perak...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun