Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Demit Penghuni Kantor Desa

9 Mei 2016   22:12 Diperbarui: 9 Mei 2016   22:15 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “Kalau hanya untuk dibersihkan itu tidak masalah. Tapi kalau ada niat tersembunyi untuk mengusir penghuni Kantor Desa itu sudah keterlaluan. Petinggi (Kepala Desa –pen) Markasan ini kok gak ngerti unggah-ungguh, gak ngerti adat.” Kata salah seorang.

            “Kalau mau bersih-bersih, tidah hanya ngecat Kantor Desa, tapi juga perlu bersih desa,loh.”

            “Coba usir saja mereka yang ada di situ kalau berani tanggung akibatnya.” Orang yang memakai udeng itu bicara telak.

            Mereka kemudian bubar, menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.

Sementara di Kantor Desa kerja baktinya juga sudah selesai. Kantor Desa tidak hanya bersih dan terang, tetapi juga indah dan asri. Rupanya ibu-ibu PKK juga ikut menanam bunga di halaman. Ada yang menyumbang pot segala, ditanami bunga beras kutah. Pohon beringin di pojok halaman dirapikan, batangnya dicat putih.

            Waktu apel Senin pagi wajah Pak Petinggi tampak sumringah. Ia menyempatkan pidato di hadapan bawahannya. “Memang harus begini Kantor Desa itu. Kita pasti akan betah kerja di sini, melayani penduduk mengurus segala keperluannya. Pastilah nanti tidak akan ada lagi segala persoalan yang bakal diselesaikan di jalanan. Ini baru langkah awal, tapi mari kita beri tepuk tangan.”

            Plok, plok, plok. Mereka semua tepuk tangan. Habis apel mereka langsung ke tempat kerja masing-masing. Mereka tenggelam pada pekerjaanya dengan penuh semangat, sampai-sampai tak tahu waktu istirahat siang tiba. Untung Pak Petinggi Markasan mengingatkan.

            Demikianlah mereka bekerja tanpa keluhan. Markasan sendiri ingin menerapkan wasiat yang dipesankan Ki Hajar Dewantoro, ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Di depan memberi contoh, di tengah-tengah ikut memberi semangat, di belakang ikut mendorong. Itu sejatinya pemimpin! Ia bekerja seperti tidak ada habisnya. Ada saja yang dikerjakan, apalagi Petinggi sebelumnya mewarisi pekerjaan kantor yang terbengkalai.

            Sering kali malam hari Kantor Desa tampak terang benderang oleh lampu neon 40 watt. Di dalam kantornya Markasan sedang lembur, tanda tangan kartu keluarga, atau lagi membuat konsep peraturan desa (Perdes). Penduduk pun jadi senang, karena bisa mengurus berbagai keperluan administrasi kependudukan pada malam hari. Mereka bisa tidak terburu-buru mengerjakan pekerjaannya di siang hari. Usaha Petinggi Markasan mulai ada hasilnya: mengubah semangat desanya.

            Demikianlah lambat laun, Markasan juga membawa perlengkapan pribadinya ke Kantor Desa. Dari pada pulang untuk mandi, istrinya menyiapkan sabun, handuk, sikat gigi di kamar mandi Kantor Desa. Toh, kamar mandi Kantor Desa tidak luput dari pembenahan. Sudah bersih. Ia juga menempatkan tempat tidur lipat di pojok kantornya. Kadang kalau lelah dia perlu pejamkan mata sebentar, luruskan punggung, di atas tempat tidur lipat itu. Tidur di Kantor Desa ternyata tidak beda jauh dengan tidur di rumah.

            Maka, dia juga sudah menganggap Kantor Desa sebagai rumahnya yang kedua. Kalau lembur sampai malam, ia tinggal geledaksaja di tempat tidur lipatnya. Masalah istri sudah paham, toh dia tidak meninggalkan jatah untuk istri. Jatah jasmani jatah rohani. Waktu setor ya setor. Istri tidak marah, malah mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun