Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Antara Aku, Marsini dan Togel

15 April 2016   22:49 Diperbarui: 15 April 2016   23:07 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “Apanya yang jitu?”

            “Nomornya Marsini  keluar lagi. Kita semua menang. Bandar jebol.”

            “Nah, begini seharusnya. Kalau kita bersatu, bandar pasti jebol.”

            “Bukan soal bersatunya. Tapi kalau Marsini  tidak jitu ya mana bisa jebol.”

            Togel sore itu keluar angka 50. Angka 50 itu gambar binatangnya beruang. Itulah yang ditafsir orang-orang ketika Marsini  mendoakan aku agar menjadi orang kaya. Orang kaya berarti orang beruang.

            Aku merasa ikut senang dan bangga. Para penjudi yang sering kalah itu akhirnya menang juga. Tetapi aku juga kawatir, jangan-jangan akan besar taruhannya dikemudian hari. Mereka tidak hanya akan menjual perabot rumah tangganya, bisa jadi rumahnya akan ikut terjual. Sejitu jitunya kode yang diberikan Marsini , dia manusia biasa yang tak luput dari keliru.

***

            Kekhawatiranku belum terbukti. Sampai beberapa pengeluaran togel, nomor Marsini  masih tembus. Tetapi akhir-akhir ini mereka menang karena mereka ekstra jeli. Menurutku, tafsiran mereka jauh dari kode yang diberikan Marsini .

            Terhitung tiga kali pengeluaran terakhir kode yang diberikan Marsini  nyaris tidak ada hubungannya dengan angka yang keluar. Pendapat orang, kode Marsini  sering meleset karena Marsini  sudah tidak serius lagi. Menurut mereka, Marsini  sudah kemaruk 5) dengan uang. Sepertinya Marsini  sudah mulai menjual kode-kodenya. Dia tidak akan memberi kalau orang tidak memberinya uang yang dimintanya.

            Keluguan Marsini  sudah menghilang. Tanda-tanda Marsini  sebagai perantara kekuatan yang berada diluar kekuatan manusia sudah lenyap. Dan, Marsini  sudah tidak menjadi pusat perhatian lagi. Bahkan oleh anak-anak muda sering dihardik.

            Tetapi, Marsini  tetap saja berjalan seperti biasanya. Dengan jalannya yang pelan seperti bekicot, ia jelajahi kampung demi kampung. Minta uang pada orang yang ditemui. Berdoa untuk nasib baik pemberi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun