Hal itu menunjukkan kepada saya bahwa makanan yang mengandung kabohidrat yang tinggi dan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi tidak akan menyebabkan naiknya kadar gula darah secara cepat ketika disantap secara bersamaan dengan makanan yang mengandung karbohidrat rendah dan yang memiliki indeks glikemik rendah, dan juga makanan yang berserat tinggi.
Hal itu bisa berarti juga bahwa 'intermittent fasting' atau puasa makan bukanlah suatu hal yang penting dan harus dilakukan, bahkan oleh orang dengan diabetes sekalipun, kalau tujuannya hanyalah sekedar untuk mengendalikan kadar gula darah.
Kalau begitu mengapa saya selalu antusias melakukan 'intermittent fasting', bukan cuma sekali tapi bahkan dua kali dalam seminggu?
Untuk apa bersusah-payah berpuasa kalau makan tiga kali sehari masih bisa dinikmati? Bukankah orang dengan diabetes masih bisa makan tiga kali sehari asalkan menu makannya adalah makanan yang rendah karbohidratnya dan rendah juga indeks glikemiknya?
Ada dua alasan sehingga saya mau melakukan 'intermittent fasting':
- Untuk semakin memastikan bahwa kadar gula darah saya tetap berada dalam kisaran normal. Saya ingin merasa lebih pasti saja. Maklumlah, saya masih mempunyai kerinduan dan impian yang kuat untuk dapat hidup lebih lama walau dengan diabetes sekalipun.
- Agar berat badan saya dapat turun secara pelan tapi pasti. Saya masih relatif gemuk. Berat badan saya memang sudah turun 8 kg sejak saya melakukan gaya hidup sehat 9 bulan yang lalu, tapi masih masih stabil di 75-76 kg selama 6 bulan terakhir.
Saya tahu bahwa obesitas adalah salah satu faktor yang dapat memperburuk pengendalian gejala diabetes. Dilansir dari akper-sandikarsa.e-journal.id, Rheza Paleva, yang menuliskan artikelnya di Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Vol 10, No. 2, Desember 2019, mengatakan bahwa pada obesitas, resistensi insulin akan berkembang.
Saya tahu bahwa diabetes adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan. Tapi saya juga tahu bahwa gejala diabetes dapat dikendalikan.
Saya tahu bahwa diabetes akan menggerogoti kekuatan tubuh saya. Tapi saya juga tahu bahwa saya dan diabetes dapat berjalan bersama-sama.
Saya tahu bahwa obat resep dokter efektif menurunkan kadar gula darah saya, tapi saya telah rasakan efek samping obat resep dokter yang membuat saya menderita sengsara.
Saya tidak ingin lagi menderita konstipasi seperti yang dulu pernah saya alami. Obat resep dokter saya ganti dengan menjalankan gaya hidup sehat setiap hari.
Saya menjalankan gaya hidup sehat yang berkelanjutan. Saya memilih pola makan yang seimbang sesuai kebutuhan.