"Maafkan saya, Bos. Malu saya, Bos." Tiba-tiba terdengar pelan suara Penis.
"Iya, ada apa dengan kamu, Pen? Tolong sampaikan dengan suara yang lebih jelas dan keras."
"Nggg..., malu ah, Bos."
"Gak apa-apa, Pen. Katakan saja."
"Saya..., saya merasa nggg...gak sekuat yang dulu lagi, Bos," kata Penis yang langsung disambut tawa riuh peserta rapat.
"Ya, iyalah, Pen. Kamu 'kan sudah mulai tua. Biasalah itu, Pen."
"Ya, memang saya sudah mulai tua. Tapi banyak yang sudah tua, masih tetap kuat, Bos."
"Lalu?"
"Saya pikir ini gara-gara Mulut dan Perut juga, Bos?"
"Aduh, kami lagi yang disalahkan." Mulut dan Perut menjawab hampir berbarengan.
"Maaf, maksud saya, gara-gara Pankreas yang gak bisa bekerja mencapai hasil maksimal lagi." Buru-buru Penis memberikan klarifikasi. Takut juga dia tampaknya kepada Mulut dan Perut. "Andaikan saja Pakreas bisa berfungsi dan bekerja mencapai hasil maksimal sebagaimana ketika dia masih muda dulu, maka saya pikir bahwa saya akan masih tetap kuat, Bos. Sekarang rasanya saya lemah dan mudah loyo, Bos. Bos boleh bertanya pada Otot yang sangat prihatin dengan keadaan saya ini."