Anakku adalah guruku. Ia jago menilai sikap, kata, dan tingkah, bahkan diamnya seseorang. Kadang aku menyangsikan penilaiannya tentang seseorang atau suatu peristiwa. Tetapi, saat terbukti, aku dibuat malu karena penilaiannyalah yang benar.
Setelah kucermati ternyata anak menilai sesuatu dengan seluruh inderanya. Hatinya pun masih sangat suci. Sedangkan kami para orangtua menilai dengan nafsu, emosi, dan pengaruh berita orang lain. Maka hasilnya pun berbeda. Hasil penilaian anakku jauh lebih tepat. "Maka, aku akan belajar tentang kesucian dalam penilaian padamu, Nak."
Oleh: Mice (Aorta)
Imam Subkhan
Pendiri Akademi Orangtua Indonesia Surakarta (Aorta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H