Setelah dibersihkan perlahan dengan kuas, dan cairan khusus yang ternyata masih tersimpan rapi di mejanya, Joy pun bisa melihat dengan jelas guratan pahatan di batu itu, wajah Prajnaparamita. Sementara bentuk dari batu itu, juga perlahan dibersihkan dari gumpalan tanah dan kayu yang menempel, ternyata bentuknya menyerupai kunci, dengan dua tonjolan di bagian ujung, dan batangnya yang setengah membulat.
Sementara wajah Prajnaparamita itu berada di ujung gagang yang berbentuk pipih. Panjang keseluruhannya hampir 20 sentimeter.
Joy dapat mengingat betul, bahwa ia belum menunjukkan batu temuannya saat masih duduk di sekolah dasar itu pada rekannya. Bahkan, ia sebetulnya sudah lupa dengan keberadaan benda tersebut. Tapi ada yang aneh, batu artefak itu tampak lebih bersih. Meskipun ia mengingat dengan baik, jika dirinya sudah membersihkan lempengan batu itu, yang dianggapnya sebagai bagian dari titisan Ken Dedes.
Ia melihat deretan baju-baju yang tergantung di dalam lemarinya semua masih sama, hanya saja ada sepatu boots tinggi dari kulit warna coklat tua ada di pojokan, di atasnya ada jaket kulit panjang warna hitam, dan syal kotak-kotak warna kuning dan bergaris hitam dan kelabu. Ada topi kulit warna hitam. Punya siapa ini, pikirnya dalam hati. Benda-benda itu memang termasuk barang yang ingin dibelinya, seminggu sebelum pemerintah mengumumkan adanya pembatasan akibat Pandemi Covid-19.
Tiba-tiba kepalanya mulai berdenyut. Ada pertanyaan besar yang mengganggunya. Jangan-jangan ia berada di alam yang berbeda, ataukah memasuki dunia masa depan.
Setengah berlari, Joy menuju dapur untuk mencoba melongok isi kulkas. Semua masih sama, namun ada tambahan bahan makanan berupa ikan laut, dan bebek beku yang lebih segar ketimbang yang dibawanya dari Jakarta.
Selain itu, ada juga bumbu-bumbu baru dalam kemasan plastik. Ia ingat betul bumbu itu sudah dibagikan pada warga di sekitar resto, bersamaan dengan pembagian stok bahan makanan yang ada di gudang stok sebelum berangkat pulang ke Malang.
Baru kemarin, ia memasukkan perbekalan itu ke dalam kulkas yang ada di depannya ini. Namun sisa potongan bebek kemarin sudah tidak ada di kulkas. Kemarin, hanya memasak sepotong untuk dirinya.
Dengan rasa keingintahuan yang membuncah, Joy kembali ke ruang tamu tempat ia tertidur. Ia kembali menduduki kursi kayu, tempat ayahnya biasa duduk semasa masih hidup. Di kursi itulah ia duduk dan tertidur tadi.
Woooo tiba-tiba, Joy merasa sangat kaget ketika melihat ke arah ruang keluarga. Ruangan itu, memang tampak dari kursi yang didudukinya. Karena memang tidak ada pembatas apapun, atau benda yang menghalangi pandangan ke arah itu.
Ada sebuah televisi flat berukuran 120 inch yang hampir memenuhi ruang tengah itu. Ada remote yang ada di meja. Joy semakin kaget dan ia pun segera meraih remote tv yang ada di depannya.