Seperti kebiasaannya sejak kecil sebelum memasuki rumah, di depan pintu Joy selalu mengucapkan salam. Assalamu'alaikum....
Joy memang tidak mengharapkan ada balasan atas salam yang diucapkannya. Ia pun sadar mengapa tidak ada jawaban dari dalam rumah, karena memang rumah ini kosong, tidak ada yang menghuninya. Adiknya tidak ada yang tinggal disana, pun dirinya. Rumah itu, yang selalu tampak terjaga kebersihannya, sehingga memberi kesan kalau masih ada penghuni yang tinggal di sana.
Ini memang hasil kerja Mbak Sumi, yang diminta untuk membersihkan bagian dalam rumah, halaman depan, samping dan belakang. Pepohonan yang ada di halaman itu, juga selalu dipangkas rapi, dan tanaman yang ada juga tetap dirawat, dan dipotong secara rutin.
Sepekan dua kali, Mbak Sumi membersihkan kamar dan ruang-ruang lain yang ada di rumah itu. Selain itu, sprei dan sarung bantal dan guling, selalu dicuci dua pekan sekali, meskipun tak ada yang menggunakan kamar tidur. Di dalam rumah, Mbak Sumi selalu memasang aroma terapi cendana dan terkadang melati, seperti kebiasan ibunya sewaktu masih sehat. Dapur pun tampak bersih, dan peralatannya juga terawat dengan baik. Hanya selang gasnya memang sengaja di lepas dari tabung. Selang itu hanya dipasang saat ada yang tinggal di rumah.
Sementara lemari pendingin satu pintu yang ada di sisi sebelah kanan dapur, listriknya belum disambungkan. Karena memang tidak ada bahan makanan yang ada di dalamnya. Lemari pendingin ini, juga bersih dari debu. Luar biasa kerja Mbak Sumi.
Semoga lemari pendingin ini masih berfungsi, Joy pun segera menyambungkan aliran listriknya. Alhamdulillah, bagian freezernya masih berfungsi dengan baik. Tidak sampai sepuluh menit, dinginnya sudah merata. Joy pun lalu memasukkan semua bahan makanan yang dibawanya dari Jakarta. Makanan itu yang sebelumnya disimpan dalam cooler box itu, kemudian dipindahkan ke dalam freezer dan bagian lemari pendingin.
Kulkas tua yang masih berfungsi dengan baik ini, kemudian terisi penuh. Hebat sekali kualitas kulkas ini. Hampir 10 tahun terakhir, tidak pernah dipakai. Dipakai, kalau Joy atau adiknya kebetulan pulang dan menginap di Malang. Padahal, seingat Joy, kulkas ini dibeli almarhum ayahnya ketika ia duduk di kelas dua SMP. Ia ingat betul peristiwanya. Suatu saat, ketika pulang dari kegiatan pramuka di sekolah, di hari Sabtu sore, ada mobil pick up yang mengantarkan kotak besar. Tingginya melebihi tinggi badannya saat berdiri, ketika itu. Kalau ia mengangkat tangan, maka tingginya baru sama. Joy memang sudah memperkirakan itu kulkas yang baru dibeli ayahnya. Ia ingat pembicaraan ayah dan ibunya, beberapa hari sebelumnya.
Kesetiaan Mbak Sumi, yang sekarang sudah berusia hampir 60 tahun ini, tak perlu diragukan lagi. Meskipun Angin Monsun Timuran yang meniupkan hawa dingin di Kota Malang berhembus pelan. Mbak Sumi selalu tampak ceria. Seingat Joy, ia tak mampu mengingat apakah Mbak Sumi pernah sedih. Ia selalu mempunyai cerita yang menyenangkan. Entah itu karangannya sendiri, atau dari pengalaman dirinya. Satu hal yang jelas, Mbak Sumi punya stok cerita yang tak ada habisnya. Ada saja yang bisa diceritakannya. Mulai soal sayuran di pasar, coklat yang tidak enak dijadikan minuman dingin, pengayuh becak yang kedodoran celananya, kusir kuda yang nggak mau menyerah kalah, hama wereng yang menyerang padi petani, hingga bangunan mall baru yang konstruksinya mulai dibangun. Padahal, ketika itu mall itu belum ada, yang ada hanyalah gambar yang terpentang lebar memenuhi pinggiran jalan tentang perencanaan pembangunan mall.
Suhu Malang Raya memang bisa mencapai belasan derajat Celsius sejak bulan Agustus. Kota Batu bahkan mencapai 14 derajat Celsius, suhu yang bagi orang-orang di daerah tropis terasa dingin. Sedangkan Kota dan Kabupaten Malang antara 16 hingga 19 derajat Celsius. Kondisi ini diperkirakan akibat awan hilang dan angin Monsun Timuran.
BMKG menyebutkan, hawa dingin yang dirasakan di Malang Raya terjadi karena pergerakan Angin Monsun Timuran. Angin ini bertiup dari benua Australia dan membawa massa udara dingin dan kering. Di saat yang sama, Malang Raya juga sedang memasuki kemarau dengan hari tanpa hujan yang cukup panjang.
Tutupan awan yang membawa hujan hilang di atas Malang Raya. Akibatnya, pada siang hari sinar matahari menerobos langsung tanpa penghalang awan, menyebabkan terik menyengat di tengah dingin dan kering angin Monsun Timuran. Sedangkan pada malam hari, awan yang seharusnya berfungsi sebagai selimut, menahan lebih lama radiasi matahari di daratan.