Orang yang menjalankan shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari, akan berpengaruh tanggung jawabnya terhadap keluarganya. Hal ini akan menciptakan jiwa yang sabar saat menghadapi masalah. Selain itu, akan timbul motivasi didalam dirinya untuk terus berusaha dalam menyelesaikan suatu masalah karena mentalnya dipenuhi harapan terhadap Allah, dan menganggap masalah tersebut adalah suatu ujian dari Allah. Kalau seseorang tidak mengamalkan ajaran agama dengan baik, maka seseorang yang menikah hanya didasarkan pada nafsu belaka, kalau seneng dipakai, kalau tidak senang maka akan ditinggalkan.Â
5. Pengaruh informasi,media sosial
Adanya media sosial menyebabkan seseorang akan terhubung terhadap orang yang sangat banyak. Hal ini bisa berpengaruh terhadap adanya pihak ketiga dan bisa terjadi perselingkuhan. Selain itu, adanya sinetron yang menayangkan gaya hidup yang gonta-ganti pasangan dan perceraian, secara tidak langsung akan mempengaruhi motifasi seseorang untuk menirunya.Â
6. Moral yang buruk
Moralitas yang buruk akan berpengaruh terhadap tanggung jawab Suami terhadap keluarganya. Selain itu hal ini juga bisa memicu terjadinya KDRT. Suami tidak bisa menjadi kepala rumah tangga yang baik. Keluarga yang demikian tentu akan rentan terjadi perceraian.Â
Adapun alasan perceraian sebagai berikut: suami tidak tanggung jawab, suami tidak memberi nafkah, terjadi perselingkuhan, terjadi perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa diselesaikan, tinggal wajib, belum dikarunia anak, salah satu pasangan meninggalkan kewajiban.
C. Dampak dan Akibat Perceraian
Perceraian bisa menjadi keputusan yang sulit, tetapi penting untuk memikirkan kerugian yang mungkin dialami setiap anggota keluarga. Ini termasuk hal-hal seperti perasaan sakit hati, kemarahan, dan kesedihan.
1. Anak menjadi korban
Ketika orang tua bercerai, itu bisa sangat menakutkan bagi anak-anak. Mereka mungkin merasa takut karena kehilangan ayah atau ibu mereka, atau mereka mungkin merasa sendirian dan takut. Ini dapat berdampak besar pada kinerja sekolah dan kehidupan mereka secara keseluruhan.
Ketika sebuah keluarga pecah, kadang-kadang salah satu atau kedua orang tua mungkin merasa bahwa mantan pasangan mereka mempengaruhi anaknya untuk bersikap negatif terhadap mereka. Hal ini dapat mempersulit anak untuk terbuka tentang masa-masa sulit yang mereka lalui saat remaja. Dalam upaya menghindari masalah ini, beberapa anak mungkin beralih ke pergaulan buruk, narkoba, atau perilaku berisiko lainnya.